IPA Convex 2024

Carbon Capture Storage Berpeluang Jadi Bisnis Baru di Indonesia

Angga Aliya ZRF - detikFinance
Kamis, 28 Mar 2024 08:55 WIB
Foto dok. IPA. (Kiri ke Kanan) Kabiro KLIK ESDM Agus Cahyono Adi, Direktur Teknik Migas, Kementerian ESDM Noor Arifin Muhammad, Direktur Eksekutif Indonesia CCS Center Belladonna Troxylon Maulianda, Direktur Eksekutif IPA Marjolijn Wajong.Foto: Dok. IPA
Jakarta -

Indonesia memiliki potensi yang luar biasa dalam hal penangkapan dan penyimpanan karbon (Carbon Capture Storage/CCS). Kondisi ini memberikan keuntungan bagi Indonesia karena menjadi peluang bisnis yang baru.

Berdasarkan data Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), potensi penyimpanan karbon pada bekas reservoir di lapangan migas yang ada di Indonesia diperkirakan mencapai 577 gigaton.

Menurut Direktur Eksekutif Indonesia CCS Center, Belladonna Troxylon Maulianda, ada beberapa faktor yang menjadikan Indonesia memiliki peluang besar untuk mengembangkan proyek CCS dan menjadikannya sebagai peluang bisnis baru di masa mendatang.

Faktor pertama, kata dia, regulasi. Pemerintah Indonesia saat ini sangat agresif dalam menerbitkan berbagai regulasi untuk mendukung percepatan implementasi CCS, apalagi Indonesia memiliki potensi yang sama dengan Australia. Saat ini, Indonesia sudah memiliki 15 proyek CCS yang sedang dikembangkan.

"Hal tersebut membuat Indonesia memiliki peluang bisnis yang lebih besar dan dapat menjadi leader CCS Hub di kawasan regional," katanya saat menjadi pembicara pada Media Briefing IPA Convex 2024 dengan tema "CCS Sebagai Peluang Bisnis Baru di Indonesia", di Jakarta, Rabu (27/3/2024) malam.

Lebih lanjut, Belladonna menyampaikan bahwa teknologi CCS bukanlah hal yang baru bagi perusahaan minyak dan gas. Teknologi tersebut sudah diterapkan oleh para perusahaan migas sejak 40 tahun yang lalu.

"Teknologinya sudah mature sebenarnya. Saat ini, kita sedang menunggu cost-nya turun dan memang sekarang sudah mulai menurun," ujar Belladona.

Ia menilai Indonesia menjadi negara yang paling siap untuk mengimplemantasikan CCS dibandingkan negara di kawasan Asia lainnya.

"Indonesia dinilai paling cepat dalam perkembangan CCS dibandingkan negara lain, selain memiliki potensi, dukungan dari pemerintah melalui regulasi juga diharapkan dapat mempercepat implementasi CCS," ujar dia.

Selain keunggulan dari sisi geografis dan regulasi, Indonesia berpotensi besar menjadi yang terdepan dalam bisnis CCS di kawasan regional, pasalnya, Indonesia adalah negara pertama yang mengimplementasikan CCS cross border (lintas batas).

Lanjut ke halaman berikutnya




(ang/ang)

Berita Terkait
Berita detikcom Lainnya
Berita Terpopuler

Video

Foto

detikNetwork