Kementerian Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi (Kemenko Marves) membeberkan kabar terbaru dari rencana kerja sama ekspor listrik 'bersih' dari Indonesia ke Singapura. Kerja sama ini sudah disepakati sejak Maret 2023.
Deputi Bidang Koordinasi Infrastruktur dan Transportasi Kemenko Marves Rachmat Kaimuddin mengatakan Singapura meminta 4 Giga Watt (GW) listrik melalui Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS) sampai 2035. Indonesia diberikan kuota untuk mengekspor sebesar 2 GW.
"Jadi setengahnya. Itu 2 GW itu equivalent kalau power plant biasa. Kalau misalnya ditranslate ke solar panel, itu mungkin kira-kira sekitar 11 GW peak plus baterai 21 GW hour. Itu very very big project," kata Rachmat dalam program Energy Corner CNBC Indonesia, Selasa (30/4/2024).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Indonesia sebagai negara dengan sumber Energi Baru Terbarukan (EBT) besar dinilai cocok oleh Singapura untuk melakukan ekspor listrik. Alasannya, negeri Singa itu tak punya cukup banyak sumber energi.
Proyek tersebut dikatakan memiliki nilai investasi hingga US$ 50 miliar setara Rp 812 trilliun (asumsi kurs Rp 16.242).
"Jadi waktu itu dibuatlah suatu MoU untuk kerja sama ini, tapi memang prosesnya panjang karena ini mega proyek lah. Ini waktu kita susun MoU-nya itu bisa sampai US$ 50 billion investment," tambahnya.
Sampai September 2023, sudah ada lima perusahaan yang termasuk dalam kesepakatan kerja sama ekspor listrik tersebut yang akan mengekspor hingga 2 GW listrik dari Indonesia.
"Jadi saat ini sedang dilakukan study teknis. Mau lewat mana, tanahnya di mana dan sebagainya," beber Rachmat.
Walaupun ada kesepakatan kerja sama tersebut, Rachmat mengungkapkan Indonesia tetap akan mengembangkan industri EBT dalam negeri dengan mengembangkan rantai pasok yang nantinya dinilai bisa mendorong industri lainnya.
"Kita ingin juga ekspor listrik ini bisa mendorong industri EBT di Indonesia. Dengan cara apa? Tadi seperti yang Pak Presiden sampaikan, industri pendukung atau supply chain. Jadi persyaratan kita adalah, solar panel dan baterai energy storage sistemnya ini dibuat di Indonesia. Ini juga yang lagi kita dorong untuk mendorong pabrik-pabrik lain," paparnya.
(aid/rrd)