Penggunaan Nikel Baterai EV Mulai Meningkat, Mobil BBM Bakal Jadi Kenangan?

Retno Ayuningrum - detikFinance
Rabu, 08 Mei 2024 18:22 WIB
GM Permitting and Compliance PT Merdeka Copper Gold Muhammad Toha (Foto: Retno Ayuningrum/detikcom)
Jakarta -

Pemakaian nikel sebagai komponen pembuatan baterai electric vehicle (EV) diperkirakan meningkat dalam 10 tahun ke depan. Diperkirakan pada tahun 2024, penggunaan nikel untuk baterai EV mencapai kisaran 3 juta konsumsi atau naik menjadi 30%.

GM Permitting and Compliance PT Merdeka Copper Gold Muhammad Toha mengatakan proyeksi penggunaan nikel ke depannya akan meningkat signifikan. Berdasarkan data yang dipaparkannya, pada tahun 2000-an, nikel masih digunakan sebagai komponen produk-produk stainless steel yang paling banyak, yakni 71%. Sedangkan untuk nikel sebagai komponen baterai, hanya 3%.

Pada tahun 2022, persentase komponen penggunaan nikel menurun menjadi 65% untuk stainless steel. Sementara, untuk baterai meningkat menjadi 7,5%.

"Dalam waktu tidak lebih dari tiga tahun pemakaian nikel berubah. Dalam artian penggunaan nikel tetap banyak hanya saja sisi komposisi berubah. Sebelumnya stainless steel dominan, sekarang yang bertambah signifikan apa? Baterai untuk mobil listrik. Mobil listrik booming lima tahun lalu dan nikel salah satu komponen dipakai baterai mobil listrik," kata Toha dalam acara Mining Workshop, Jakarta, Rabu (8/5/2024).

Dengan melihat kenaikan signifikan itu, Toha menilai mobil berbahan bakar BBM diperkirakan akan menjadi masa lalu yang ditinggalkan. Dia menyebut setidaknya dalam waktu 10 tahun, mobil bahan bakar BBM akan menjadi kenangan.

"Bagaimana ke depan? Mobil konvensional sebentar lagi pasti akan ditinggalkan. Kalian yang punya mobil konvensional paling nggak 10 tahun lagi, habis itu ditinggalkan. Karena hampir semua org memperkirakan masa depan itu mobil listrik. Jadi mobil konvensional bahan bakar jadi masa lalu," imbuhnya.

Menurutnya, nikel merupakan mineral yang lebih efisien dalam hal apapun. Nikel akan menjadi mineral yang paling dominan dalam transformasi industri masa depan.

Dia bilang, nikel tergolong mineral yang kritis di mana kehadirannya sangat penting, seperti sejumlah peralatan rumah tangga dan baterai barang elektronik.

"Nikel dikategorikan mineral kritis. Ketidakhadiran nikel menyebabkan sejumlah peralatan, baterai laptop dan HP nggak akan ada," terangnya.




(das/das)
Berita Terkait
Berita detikcom Lainnya
Berita Terpopuler

Video

Foto

detikNetwork