Australia merupakan salah satu negara produsen dan eksportir batu bara besar di dunia. Namun, kini negara tersebut terus menggenjot sumber energi terbarukan yang lebih bersih.
Lantas apakah pendanaan untuk industri batu bara akan mengalami perubahan?
Menteri Perindustrian dan Perdagangan New South Wales Australia, Hon Anoulack Chanthivong, mengatakan ke depan industri bahan bakar fosil seperti batu bara masih akan kuat. Sepertiga dari ekspor negara bagian Australia, New South Wales juga besar di sana.
"Terutama, kami mengirim banyak batu bara ke Jepang, misalnya, dan tentu saja ke Korea. Menurut saya negara-negara tersebut telah menutup sejumlah pembangkit listrik tenaga nuklirnya, sehingga mereka memerlukan lebih banyak bahan bakar fosil untuk menggerakkan perekonomiannya," kata dia ditemui di Kantornya di New South Wales, Australia, dikutip (23/5/2024).
Meski begitu, pihaknya juga sangat tertarik untuk mengembangkan energi yang lebih bersih seperti hidrogen. Namun untuk transisi energi menurutnya sangat memerlukan proses dan keterlibatan banyak pihak.
"Kami tidak bisa asal mengatakan, kami akan menutup tambang batu bara ini begitu saja. Kami tidak menyarankan hal itu. Namun kita juga tahu bahwa permintaan akan sumber daya tersebut akan terus menurun seiring berjalannya waktu. Jadi kita perlu bersiap sekarang," terangnya.
Australia sendiri menjadi negara yang maju akan teknologi transisi energi. Menurut dia hal itu dilakukan sebagai cara pemerintah untuk mempersiapkan perubahan besar ke depan, sehingga tidak ada elemen yang tertinggal.
"Saat ini, segala sesuatunya baik-baik saja, namun kita harus mempersiapkan orang-orang ketika perubahan benar-benar terjadi, bukan membantu ketika perubahan benar-benar terjadi, kemudian tertinggal," pungkasnya.
Sebelumnya, Asisten Menteri Perubahan Iklim dan Energi, Senator Hon Jennny McAllister, mengatakan Australia sendiri terus mengembangkan teknologi energi terbarukan untuk mencapai target tersebut. Bersamaan dengan itu penggunaan bahan bakar fosil dalam pembangkit tenaga listrik diyakini akan menurun dengan sendirinya.
"Secara khusus, proyeksi yang diberikan oleh pasar energi kami adalah bahwa kami melihat adanya penurunan yang sangat signifikan dalam kontribusi pembangkit listrik tenaga batu bara antara saat ini dan tahun 2035," kata dia ditemui di kantornya, Wentworth Avenue, Surry Hills, Sydney, dikutip Rabu (22/5/2024).
Jadi menurutnya operasional dari PLTU akan berkurang dengan sendiri berbarengan transisi energi yang terus digalakkan. Untuk itu, Jenny mengatakan target 82% energi terbarukan mudah untuk dicapai.
(ada/eds)