Proyek pemurnian nikel Sonic Bay di Maluku Utara ditinggal dua perusahaan raksasa Eropa, BASF dan Eramet. Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Arifin Tasrif tak mempermasalahkan hal tersebut.
Dia mengatakan, jika kedua perusahaan itu hengkang maka pihaknya akan mencari perusahaan lain.
"Ya kalau mundur kan kita cari yang lain," kata Arifin di Direktorat Jenderal Minyak dan Gas Bumi (Migas) Kementerian ESDM, Jakarta Selatan, Jumat (28/6/2024).
Arifin mengatakan, banyak perusahaan yang berminat menggarap proyek tersebut. "Iya, masih banyak yang lain, yang mau," tambahnya.
Arifin lantas bicara mengenai bisnis nikel. Dia menyebut, saat ini ada larangan-larangan yang berlangsung di Amerika Serikat (AS), Eropa, Kanada. Di sisi lain, China merupakan negara yang menyerap nikel.
Ia pun menambahkan, permintaan nikel turun karena melemahnya ekonomi dunia.
"Sekarang demand-nya coba lihatlah global ya, ada ban dari Amerika, Eropa, Kanada, akibatnya selama ini yang nyerap nikel siapa? Yang nyerap nikel siapa paling banyak? (China) Nah dia bikin apa? Bikin mobil. Jadi memang ya tapi semuanya demand turun karena ekonomi melemah," terangnya.
(acd/ara)