Pemerintah terus mendorong kegiatan pertambangan yang ramah lingkungan. Pasalnya, aktivitas pertambangan memiliki dampak yang besar terhadap lingkungan mulai dari pencemaran polusi, erosi dan sedimentasi, mengganggu flora dan fauna, hingga merusak iklim.
Guna mengatasi hal ini, pemerintah menghadirkan Green Smelter dengan membatasi pembangunan smelter yang tidak berorientasi pada penggunaan energi bersih dan ramah lingkungan.
Pemerintah melalui Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) turut mengawasi aktivitas pertambangan melalui berbagai kebijakan. Hal ini termasuk terkait sistem air limbah, emisi dan lainnya.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Tugas kami adalah mendefinisikan apa yang harus dikerjakan investor dan apa yang kita awasi dan sepakati seterang-terangnya. Makanya itu mengapa mekanismenya ada persetujuan teknis air limbah, teknis emisi, teknis lingkungan itu sebetulnya kesepakatan antara pemerintah, regulator dengan dunia usaha apa yang mesti dilakukan," ujar Dirjen Pengendalian Pencemaran & Kerusakan Lingkungan Sigit Reliantoro dalam acara detikSore.
Penerapan Green Smelter di Indonesia
Pada kesempatan yang sama, Direktur HSE PT Trimegah Bangun Persada Tbk (Harita Nickel) Tonny Gultom menyampaikan pihaknya turut mendukung kegiatan tambang yang ramah lingkungan, termasuk dari proses penambangan.
"Ini menyangkut penambangan yang efisien, kita ambil lapisan atas atau lapisan limonit untuk bahan baku kebutuhan baterai. Sementara bagian bawahnya lapisan saprolit untuk bahan baku stainless steel. Dengan cara itu, penambangan tidak hanya efisien tapi juga termanfaatkan bagian hilir produksinya," papar Tonny.
Tonny menambahkan, pihaknya juga melakukan berbagai upaya guna menekan jejak emisi. Salah satunya dengan memanfaatkan penggunaan minyak jelantah untuk menggantikan batu bara dalam proses produksi.
"Kamu komit dengan pemerintah untuk mencapai Zero Net Emission di 2060 sehingga kami bikin mapping route dan penggunaan renewable energy," katanya.
"Saat ini, kami sudah jalankan yang simple dengan memanfaatkan jelantah untuk menggantikan batu bara. Sehingga kita bisa mengurangi penggunaan batu bara dan menekan emisi dengan menggunakan minyak yang tadinya jadi limbah. Dalam setahun, kami menghabiskan 60.000 kiloliter, itu menggangikan sekitar 2.100 ton batu bara," ucapnya.
Selain itu, pihaknya juga membangun solar panel untuk menggantikan genset. "Saat ini sudah dibangun sebanyak 210 kwp, itu kita bisa menekan 98 total emisi CO2 equivalent (CO2e)," katanya.
Tonny menyampaikan, tahun ini pihaknya juga menargetkan untuk membangun 300 megawatt solar panel. Hal ini menjadi upaya untuk menekan emisi sampai 23 persen di tahun 2025.
Senada, Direktur PT Bayan Resources Tbk Alexander Ery Wibowo mengatakan untuk mewujudkan green mining, pihaknya juga menggunakan solar cell untuk menekan emisi.
"Kemudian juga tambang kita low sulfur jadi lebih mudah untuk melaksanakan penataan atau reklamasi yang ramah lingkungan," jelasnya.
Selain itu, pihaknya juga bekerja sama untuk meningkatkan penanaman sustainable agriculture estate, yang diharapkan dapat bermanfaat bagi masyarakat sekitar. "Dengan begitu masyarakat di daerah terdampak nantinya mereka bisa beralih profesi menjadi petani, peternak setelah (kegiatan) tambang itu berakhir," lanjutnya.
Ery menilai saat ini peraturan green mining di Indonesia cukup baik. Dalam hal ini, pemerintah melalui KLHK telah melakukan berbagai pengawasan yang ketat.
"Green mining peraturannya sebenarnya sudah sangat advance. Artinya pemerintah regulator memang memastikan standar pertamabangan itu memenuhi analisa dampak lingkungan. Jadi, sudah diperhatikan sedetail-detailnya. Di indonesia peraturan pertambangan sangat ketat pengawasannya," pungkasnya.
Ingin tahu lebih banyak tentang fungsi serta efek green smelter terhadap lingkungan? Isu mengenai green smelter juga akan dikupas secara mendalam di gelaran Festival LIKE 2 yang diinisiasi Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK). Festival ini bertujuan meningkatkan kesadaran masyarakat dan pihak lainnya untuk menjaga kelestarian lingkungan.
Sebagai informasi, Festival LIKE 2 disponsori oleh PT Pertamina (Persero), PT Bayan Resources Tbk, PT Amman Mineral Nusa Tenggara (AMMAN), PLN, Adaro, PT Vale Indonesia, APP Group, Merdeka Copper Gold, Astra, Le Minerale, Berau Coal Energy, Borneo Indobara, PT BUMI ResourceS Tbk, Sucofindo, PT Indo Tambangraya Megah Tbk, Harita Nickel, APRIL, Huayou Indonesia, PT Freeport Indonesia, MIND ID, Eramet, Bio Farma, Star Energy Geothermal, Unilever, Sido Muncul, PT Kaltim Prima Coal, PT Arutmin Indonesia, PT Gunung Raja Paksi Tbk, PT Indexim Coalindo, PT Indo Muro Kencana, PT Bukit Asam Tbk, Musim Mas, PT Inalum, PT Antam, dan PT Solusi Bangun Indonesia (Tbk). Serta didukung oleh ExxonMobil Cepu Limited, PT Timah Tbk, PT Wiralab Analitika Solusindo, PT MNC ENERGY INVESTMENTS, dan PT Rizqi Semesta.
(akn/ega)