Harga Minyak Bergejolak di Tengah Konflik Timur Tengah, ESDM Buka Suara

Harga Minyak Bergejolak di Tengah Konflik Timur Tengah, ESDM Buka Suara

Herdi Alif Al Hikam - detikFinance
Jumat, 04 Okt 2024 14:19 WIB
Ilustrasi sektor migas
Ilustrasi Migas - Foto: Ilustrasi Migas (Fauzan Kamil/Infografis detikcom)
Jakarta -

Kementerian ESDM buka suara soal bergejolaknya harga minyak dunia di tengah konflik yang panas di timur tengah. Harga minyak tercatat naik 5% pada Kamis kemarin usai munculnya pernyataan dari Presiden Amerika Serikat (AS) Joe Biden menyatakan bahwa AS berpotensi membantu Israel untuk menyerang kilang milik Iran.

Kepala Biro Komunikasi, Layanan Informasi Publik, dan Kerja Sama (KLIK) Kementerian ESDM Agus Cahyono Adi mengatakan harga minyak memang umumnya sensitif untuk bergejolak. Apalagi bila dikaitkan dengan kondisi geopolitik.

"Harga minyak bergejolak itu kan nggak hari-hari ini aja. Ini kan cukup panjang, ya. harga minyak itu sangat sensitif terhadap geopolitik. Tidak sekedar kayak komoditas biasa itu hanya terkait supply demand," ujar Agus di Kantor Kementerian ESDM, Jakarta Pusat, Jumat (4/10/2024).

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Soal potensi kenaikan harga, Agus bilang BBM non subsidi memang diperkenankan untuk disesuaikan harganya. Namun, dia memastikan ada batasan tertentu yang diberikan pemerintah dalam formulasi perhitungannya.

"Ada aturan dari Permen bahwa untuk jenis bahan bakar umum itu dilakukan oleh badan usaha terkait dengan kita di Permen tersebut mengatur berapa sih batasnya. Ada rumusannya di situ," ujar Agus.

ADVERTISEMENT

Soal potensi banyaknya masyarakat yang akan beralih menggunakan BBM subsidi karena naiknya harga, Agus bilang Indonesia memang membutuhkan program BBM tepat sasaran.

Program subsidi BBM tepat sasaran sendiri masih dikaji oleh pemerintah. Kajian meliputi soal siapa yang berhak mendapatkan BBM subsidi sesuai dengan kemampuan ekonomi.

"Ya, seperti itu kan Pak Menteri juga sudah jelas menyampaikan bahwa ini sedang dilakukan kajian agar benar-benar BBM yang bersubsidi itu tepat sasaran," ujar Agus.

Perlu diketahui, harga minyak tercatat naik 5% pada Kamis kemarin usai munculnya pernyataan dari Presiden Amerika Serikat (AS) Joe Biden soal negaranya berpotensi membantu Israel untuk menyerang kilang milik Iran. Hal itu merupakan balas dendam atas serangan Iran ke Israel baru-baru ini.

"Kami sedang mendiskusikan hal itu," kata Biden, dikutip dari CNBC.

Ahli strategi komoditas senior di TD Securities, Daniel Ghali menilai pernyataan Biden menjadi katalis yang mendorong harga minyak naik lebih tinggi. Menurutnya, gejolak geopolitik di Timur Tengah saat ini adalah yang tertinggi sejak Perang Teluk.

"Risiko geopolitik di Timur Tengah mungkin berada pada tingkat tertinggi sejak Perang Teluk," sebut dia.

Simak Video: Risiko Harga Minyak Dunia Meroket Setelah Iran Serang Israel

[Gambas:Video 20detik]



(hal/kil)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Hide Ads