Bahlil Ungkap Dulu RI Ekspor Minyak 1 Juta Barel/Hari, Sekarang Impor

Bahlil Ungkap Dulu RI Ekspor Minyak 1 Juta Barel/Hari, Sekarang Impor

Anisa Indraini - detikFinance
Senin, 07 Okt 2024 21:30 WIB
Menteri Investasi/Kepala BKPM Bahlil Lahadalia
Menteri ESDM Bahlil Lahadalia.Foto: Ilyas Fadilah/detikcom
Jakarta -

Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Bahlil Lahadalia menyatakan saat ini Indonesia impor 1 juta barel minyak per hari untuk memenuhi kebutuhan konsumsi di dalam negeri. Padahal dulu Indonesia bisa ekspor 1 juta barel minyak per hari.

"Kalau kita menengok ke belakang, hampir 30 tahun lalu, 96, 97, lifting minyak kita itu kurang lebih sekitar 1.600.000 barel per day dan konsumsi kita tidak lebih dari 600-700 ribu barel per day, kita masih bisa ekspor kurang lebih sekitar 1 juta dan pendapatan negara waktu itu kurang lebih sekitar 40-50%," kata Bahlil dalam acara Malam Penghargaan Keselamatan Migas, Senin (7/10/2024).

Bahlil menyebut kondisi ini terjadi karena produksi minyak di dalam negeri terus menurun. Di sisi lain, konsumsi semakin bertambah.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"2024, 2023, 2022 itu lifting kita menurun terus bahkan sekarang tinggal hampir 600 ribu barel, konsumsi kita sekarang 1 juta. Jadi terbalik, tahun 96, 97 kita ekspor 1 juta, sekarang kita impor 1 juta barel per day. Jadi ini kondisi yang membuat kita harus mengambil tanggung jawab semua," terang mantan Menteri Investasi/Kepala BKPM ini.

Menurut Bahlil Kontraktor Kontrak Kerja Sama (KKKS) dan kontraktor hulu yang sudah melakukan berbagai upaya dalam rangka meningkatkan lifting minyak. Ke depan, pemerintahan mendatang di bawah Prabowo Subianto disebut akan menjalankan program kedaulatan energi.

ADVERTISEMENT

"Ke depan, Pak Prabowo dan Mas Gibran itu punya satu program, salah satu di antaranya kedaulatan energi, selain kedaulatan pangan," imbuhnya.

Bahlil pun membeberkan upaya ke depan untuk meningkatkan lifting migas. Pertama dengan memangkas perizinan dan di saat bersamaan mengubah gross split dengan cost recovery.

"Sekarang kita ubah gross split dengan cost recovery. Ada gross split yang baru itu tadinya 29 item, saya baca sendiri apa ini kok kriterianya panjang sekali, belum pengusaha, baru saya menteri baca, saya bilang ini sebagiannya abuleke ini. Maka kemudian kita ramping dari 29 menjadi 5 item untuk diberikan keleluasaan bagi kontraktor untuk memilih jalur mana agar kemudian bisa kita mengoptimalkan dan percepatan terhadap proses lifting kita," tutur Bahlil.

(aid/hns)

Hide Ads