Wakil Menteri ESDM Yuliot Tanjung menjelaskan soal kelanjutan program Harga Gas Bumi Tertentu (HGBT). Program tersebut bakal berlanjut, namun harga gasnya tidak lagi sama alias naik.
Nantinya ada dua skema berbeda yang menentukan besaran HGBT. Rencananya HGBT untuk penggunaan bahan baku ditetapkan sekitar US$ 6 per MMBTU, sementara untuk kebutuhan energi menjadi US$ 7 per MMBTU.
"Itu harga HGBT untuk bahan baku sekitar US$ 6, sementara untuk bahan bakar itu sekitar US$ 7," ujarnya di Kompleks DPR RI, Senayan, Jakarta Pusat, Kamis (23/1/2025).
Sebelumnya, Menteri ESDM Bahlil Lahadalia menyebut ke depannya harga gas untuk bahan baku ditetapkan sekitar US$ 6,5 per MMBTU. Adapun kebijakan HGBT sebesar US$ 6 per MMBTU telah berakhir pada tahun 2024.
Yuliot menambahkan, tujuh sektor industri yang sebelumnya menerima HGBT bakal kembali mendapatkan program tersebut. Yuliot juga menyebut jumlah perusahaan yang mengajukan untuk menerima HGBT terus bertambah.
Sebagai informasi, tujuh sektor industri penerima manfaat HGBT, antara lain pupuk, petrokimia, oleokimia, baja, keramik, kaca, dan sarung tangan karet.
"Itu yang masih tetap (tujuh sektor), ini lingkup yang tujuh itu tidak ada perubahan. Itu kan ada petrokimia, kemudian itu ada industri pupuk, ada industri keramik, industri kaca, yang tujuh itu tetap. Jadi sementara karena yang mengajukan itu bertambah, jadi alokasinya ditambah sesuai dengan jumlah perusahaannya," tutupnya.
(acd/acd)