Trump Bawa AS Keluar dari Perjanjian Paris, Apa Dampaknya ke RI?

Trump Bawa AS Keluar dari Perjanjian Paris, Apa Dampaknya ke RI?

Ilyas Fadilah - detikFinance
Kamis, 23 Jan 2025 17:06 WIB
Wakil Menteri Investasi/Wakil Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM). Yuliot
Foto: Ilyas Fadilah/detikcom
Jakarta -

Wakil Menteri ESDM Yuliot Tanjung merespons keputusan Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump yang menarik diri dari perjanjian iklim Paris. Perjanjian Paris merupakan upaya global untuk memerangi pemanasan global di seluruh dunia.

Saat dikonfirmasi soal keputusan Trump dan dampaknya terhadap proyek energi baru terbarukan milik Indonesia, Yuliot menyebut pemerintah masih melakukan kajian. Namun ia menegaskan Indonesia tetap berkomitmen pada perjanjian Paris.

"Jadi kan kalau komitmen kita yang di Paris Agreement, itu kan tetap kita akan usahakan. Tapi bagaimana dampak-dampaknya kita masih lakukan pengkajian, itu kan baru disampaikan sama Presiden Trump," ujarnya saat ditemui di Kompleks DPR RI, Senayan, Jakarta Pusat, Kamis (23/1/2025).

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Yuliot memastikan pemerintah akan mengutamakan kebijakan yang menguntungkan negara dan masyarakat.

Adapun langkah Trump dinilai tidak akan mempengaruhi komitmen dunia mengakselerasi energi berkelanjutan. Hal serupa terbukti dari era kepemimpinan Trump di AS. Kala itu, Trump juga memutuskan untuk keluar dari perjanjian iklim Paris.

ADVERTISEMENT

"Dengan tidak adanya Amerika Serikat, transisi energi tumbuh. Energi terbarukan tumbuh besar-besaran. Dan kalau kita lihat, memang di Amerika pun perkembangan energi terbarukan terus juga terjadi ketika di era (pertama) Trump," kata Direktur Eksekutif Institute for Essential Services Reform (IESR), Fabby Tumiwa, saat dihubungi detikcom, Selasa (21/1).

Fabby menilai, keputusan Trump menarik AS dari perjanjian iklim Paris bukan hal yang mengejutkan. Pasalnya, langkah menarik diri telah disuarakan Trump pada masa transisi dan kampanye Pemilihan Presiden (Pilpres) di AS beberapa waktu lalu.

"Walaupun ada sejumlah perusahaan minyak Amerika yang sebenarnya mengusulkan Amerika tidak perlu keluar, tapi keputusannya dia keluar," terangnya.

(acd/acd)

Hide Ads