Kedua, impor ada dua jenis: impor minyak mentah (crude) dan impor produk kilang. Impor minyak mentah ditangani subholding Pertamina yang bernama PT Kilang Pertamina Internasional (KPI).
Impor produk kilang ditangani subholding Pertamina yang lain, PT Pertamina Patra Niaga (PPN). KPI mengolah feedstock menjadi berbagai produk kilang, dari BBM, elpiji, nafta, propylene, propane, etane hingga produk-produk petrokimia lain. Di sini ada proses destilasi, konversi, treatment, dan formulasi.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Intinya, senyawa-senyawa hidrokarbon itu diubah, disesuaikan, dimurnikan, dicampur dengan bahan-bahan aditif untuk menghasilkan produk kilang, dengan spesifikasi tertentu. Ini namanya blending, proses yang 100% legal.
Terus kok ada blending oleh PPN? Ini tanda tanya! PPN ini tugasnya mengimpor produk kilang, sudah jadi, tinggal distribusi. Misalnya, PPN impor RON 90 untuk Pertalite, RON 92 untuk Pertamax. Produknya sudah seperti itu.
Apa mungkin blending produk dilakukan? Mungkin saja. Misalnya, PPN mengimpor RON 90. Diblending dengan octane booster. Isinya senyawa-senyawa kimia organik tertentu seperti metil, butil, dan etanol. Jadilah RON 92.
Hasilnya dikalibrasi Lemigas. Ini namanya blending, bukan oplos. Prosesnya saintifik. Setahu saya, pertamina punya fasilitas blending minyak di tiga TBBM: Tanjung Uban, Semarang, dan Jakarta.
Pertamina juga punya sejumlah kilang untuk memblending diesel dengan FAME agar menjadi biodiesel. Ini proses lagal dan saintifik. Karena itu, menurut saya, masyarakat tidak perlu khawatir dengan produk BBM Pertamina.
Ketiga, masalah sebenarnya bukan blending-nya, yang telah secara liar menjadi oplosan itu. Masalahnya adalah, ada dugaan, PPN mengimpor RON 90, tetapi dengan harga 92.
Oknum PPN dan KPI diduga berkomplot memuluskan volume impor tertentu, dengan menolak menyerap produksi minyak kontraktor dalam negeri. Saya dari dulu memang bertanya-tanya, kita sudah jadi importir netto, kenapa produksi minyak dalam negeri masih diekspor?
Jawabannya, sebagian minyak-minyak itu tidak cocok dengan spesifikasi kilang dalam negeri. Saya menerima dengan blo'on jawaban itu. Tetapi, saya tetap masygul. Saya cek ke doktor kimia.
Kilang dengan kompleksitas tinggi, seperti Balongan, bisa mengolah semua jenis minyak, dengan mengubah beberapa komponen. Artinya, alasan itu gugur alias mengada-ada.
lanjut ke halaman berikutnya
Simak Video "Video: Pertamina Minta Masyarakat Tak Khawatir soal Kualitas BBM Selama Mudik"
[Gambas:Video 20detik]