Balai Besar Pengujian Minyak dan Gas Bumi (Lemigas) tengah menguji tiga sampel Bahan Bakar Minyak (BBM) yakni Pertalite (RON 90), Pertamax (RON 92) dan Shell Super (RON 92).
Sebagai informasi sampel tersebut diambil pada inspeksi mendadak ke SPBU Pertamina Jambore dan Shell di Cimanggis, Depok oleh Komisi XII DPRI dan Perwakilan Lemigas pada Kamis (27/2/2025).
Uji laboratorium tersebut merupakan tindak lanjut kabar BBM oplosan usai terungkapnya kasus korupsi tata kelola minyak mentah. Kejaksaan Agung telah menetapkan para tersangka, di antaranya adalah Direktur Utama dua anak usaha Pertamina
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Sekarang lagi diselesaikan. Tunggu aja yang hasil kita ke lapangan kemarin (Sidak BBM SPBU Pertamina Jambore). Pak Menteri minta ke lapangan, kita evaluasi datang, dicek. Kemarin sudah dicek sampai malam. Kan itu dibawa sampelnya ke Lemigas, Lemigas diuji," kata Dadan di Kantor Kementerian ESDM, Jakarta Pusat, Jumat (28/2/2025).
Dadan mengatakan hasil uji laboratorium tersebut akan dikeluarkan hari ini. Meski begitu ia tidak merincikan terkait kepastian jadwal hasil laboratorium tersebut.
"Hari ini keluarnya (hasil uji lab)," kata Dadan.
Sebelumnya, Komisi XII DPR RI melakukan inspeksi mendadak ke SPBU Pertamina di Cibubur hingga Shell di Cimanggis, Depok. Wakil Ketua Komisi XII DPR RI Bambang Haryadi mengungkapkan hasil temuan mereka dalam sidak itu.
"Nah, ini yang harus digarisbawahi, jadi nggak ada itu skema oplosan itu, nggak ada. Jadi di dalam minerba itu skema blending," kata Bambang kala meninjau SPBU Pertamina di Cibubur, Jakarta Timur, Kamis (27/2/2025) dikutip dari detikNews.
Bambang mengatakan skema blending diizinkan selama tidak mengubah kualitas bahan bakar itu. Ia menyebut pernyataan 'oplosan' itu sama saja dengan menggabungkan dua bahan yang berbeda dan mengubah kualitasnya.
"Jadi kita harus membedakan skema blending dengan oplosan. Kalau oplosan itu kayak minyak tanah dicampur bensin, itu oplosan. Atau bensin dicampur cairan lain, gitu kan yang mengubah kualitas itu oplosan," katanya.
Ia mengatakan semua jenis BBM melalui proses blending. "Semua jenis bensin pasti di-blending, mau di teknik produksi, di kilang pun akan di-blending. Kan kita ada berapa jenis RON kan, ada 90, 92, 95, sama 98. Itu standar spesifikasi dunia," ungkap Bambang.
"Hanya 90 yang ada di Indonesia, sebenarnya dimulainya dari 92, bahkan di era dulu ada RON 88. Jadi RON yang memang dibuat khusus untuk negara Indonesia. Nah 90 itu sama, jadi dibuat hanya untuk di Indonesia, negara lain itu jarang," tambahnya.
Adapun tiga sampel bahan bakar yang disidak oleh Komisi XII dan Lemigas hari ini akan diuji laboratorium. Ia mengatakan uji sampel sebenarnya dilakukan secara rutin oleh Lemigas."Kalau prosesnya kita di lab kan, kita aja nggak bisa. Dari dulu sudah (lab rutin), jadi dari dulu inilah yang sebenarnya harus disampaikan ke publik, bahwa pengujian, pengujian secara berkala kan dan random kan itu sudah dilakukan okeh Lemigas di bawah Dirjen Migas," imbuhnya.
Bambang Haryadi menyebut temuan di Shell setelah sidak juga hampir serupa. Dia menyebut semuanya akan menunggu hasil uji lab. "Kalau dari kasatmata sama, kan, kasatmata sama, tinggal hasil uji lab aja, itu kan. Kalau kasatmata, kan sama, antara Pertamax sama ini, nggak ada perbedaan kan dengan Super Shell kan," ujar Bambang.
(hns/hns)