Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) buka suara ihwal menurunnya nilai investasi proyek baterai sel dari Contemporary Amperex Technology Co Ltd, (CATL). Diketahui, CATL sendiri menurunkan jumlah investasi dari semula US$ 1,2 miliar menjadi US$ 417 juta.
Wakil Menteri ESDM Yuliot Tanjung menerangkan, CATL sendiri memiliki dua mekanisme investasi dalam proyek baterai. Pertama, memproduksi baterai sel dengan kapasitas 15 GWh, namun yang disetujui oleh Pemerintah China sebesar 7,5 GWh. Dalam hal ini, Pemerintah China menjadi sumber pendanaan investasi CATL.
Kemudian, Yuliot mengatakan perusahaan tersebut berencana melakukan pencatatan saham perdana atau initial public offering (IPO) di pasar saham domestik. Hal ini juga dilakukan untuk memenuhi pendanaan investasi proyek baterai sel tersebut.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Investasi di CATL yang pertama mereka itu kan harus mendapatkan persetujuan terlebih dahulu dari Pemerintah China dari 15 GWh, ini kan pertama yang sudah mendapatkan persetujuan kan 7,5 (GWh). Tetapi mekanisme investasi yang mereka lakukan ini tidak saja yang berasal dari pendanaan, yakni tetapi mereka juga mendapatkan pendanaan dari IPO. Jadi sehingga untuk kapasitas 15 GWh itu bisa dilakukan," ujar Yuliot kepada wartawan di Kantor Kementerian ESDM, Jakarta, Jumat (16/5/2025).
Ia menjelaskan, CATL sendiri telah memiliki off-taker atau pembeli dari vendor kendaraan dari Eropa. Yuliot mengatakan, CATL menargetkan akan berproduksi pada akhir kuartal I 2026.
"Yang untuk CATL ini lanjut. Jadi kita masuk dalam ekosistem penyediaan baterai kendaraan listrik dan juga untuk CATL sendiri sudah memiliki off-taker. Jadi mereka mengharapkan itu nanti paling lambat Maret 2026 mereka sudah berproduksi di Indonesia," tutupnya.
Dalam catatan detikcom, Indonesia Battery Corporation (IBC) mengungkapkan investasi proyek baterai sel CATL baru separuh dari total janji investasi yang sebesar US$ 1,2 miliar atau sekitar Rp 20,16 triliun (kurs Rp 16.800). Namun, angka yang disepakati kemudian berubah menjadi US$ 417 juta atau Rp 7 triliun.
Direktur Utama IBC Toto Nugroho mengatakan, total investasi yang digelontorkan oleh perusahaan asal China itu seharusnya dipergunakan untuk produksi baterai sel dengan kapasitas 15 Giga Watt Hour (GWH).
"Namun dari ODI (Overseas Direct Investment) approval yang kami peroleh dari mereka saat ini baru setengahnya. Jadi, sekitar 6,9 GW atau US$ 417 juta," kata Toto, dalam Rapat Kerja (Raker) bersama Komisi XII DPR RI di Senayan, Jakarta Pusat, Senin (17/2/2025).
Simak juga Video Menteri Investasi Ungkap Huayou Gantikan LG Pimpin Proyek Baterai EV RI