Menteri ESDM Bahlil Lahadalia mengungkapkan ada negosiasi alot di balik proyek pengembangan ekosistem industri baterai listrik terintegrasi garapan perusahaan Indonesia dan China. Antam dan konsorsium baterai BUMN Indonesia Battery Corporation (IBC), bekerja sama dengan konsorsium China, CATL, Brunp, Lygend (CBL) menggarap proyek ini.
Menurut Bahlil proyek dengan nilai investasi US$ 5,9 miliar atau sekitar Rp 95,43 triliun (kurs Rp 16.175) tersebut sudah dibesut sejak 4 tahun lalu. Namun, ada sekitar 3 tahun lamanya proyek ini mandek karena negosiasi yang alot antara semua pihak.
Laporan ini diungkapkan Bahlil di depan Presiden Prabowo Subianto yang meresmikan groundbreaking pabrik pengembangan di Karawang dan juga proyek di Halmahera Selatan.
"Bapak Presiden, perlu saya laporkan, proyek ini, Pak, akan dikerjakan sudah 4 tahun, saya sama Pak Erick, sama Pak Tiko, dan Danantara. Ini negosiasinya, Pak, alot. Sejak di awal, dengan Menteri Perindustrian, kita juga berkoordinasi. Pasang surut, BUMN maunya A, CBL maunya B. Tapi, akhirnya kita jadi wasit yang baik," papar Bahlil dalam sambutan yang disiarkan virtual, Minggu (29/6/2025).
Setelah 3 tahun lamanya proyek mandek, per April kemarin Prabowo meminta proyek ini segera berjalan. Bahlil yang juga ditugasi sebagai Satgas Percepatan Hilirisasi dan Ketahanan Energi Nasional segera menindaklanjuti instruksi Prabowo.
"Dan masa mengambang itu lebih dari 3 tahun, tidak ada keputusan. Berkat arahan Bapak Presiden Prabowo dalam ratas kita pada bulan April, arahan tegas memutuskan untuk segera dijalankan," sebut Bahlil.
"Atas perintah itu, kami dari Satgas langsung mulai mengeksekusi. Tidak ada lagi persoalan. Dan hari ini bisa kita sama-sama menyaksikan groundbreaking," lanjutnya menekankan.
(hal/kil)