Pemerintah menargetkan produksi minyak Indonesia bisa tembus 1 juta barel per hari (bph) pada 2030. Dewan Energi Nasional (DEN) menilai langkah peningkatan produksi migas yang digarap SKK Migas saat ini sudah berada di jalur yang tepat, seiring tren kenaikan lifting.
Anggota DEN Abadi Poernomo menyebut lifting minyak naik dari 576.000 bph pada pertengahan 2024 menjadi 580.000 bph di periode yang sama 2025.
"Peningkatan lifting minyak ini sudah on track untuk target satu juta bph. Namun masih ada kesenjangan dengan kebutuhan BBM nasional sekitar 1,5 juta bph, sehingga kita masih harus impor minyak mentah maupun BBM jadi," ujarnya, di Jakarta, Rabu (20/8/2025).
Abadi menegaskan target produksi 1 juta bph penting untuk mencapai swasembada energi, yang berarti seluruh kebutuhan energi primer bisa dipenuhi dari dalam negeri. Strategi peningkatan produksi dilakukan melalui eksplorasi cadangan baru, reaktivasi sumur tua, hingga penerapan Enhanced Oil Recovery (EOR).
Selain DEN, pengamat energi juga menekankan pentingnya hulu migas. Direktur Eksekutif Center for Energy Security Studies (CESS), Ali Ahmudi Achyak menilai transisi energi harus realistis karena energi fosil masih mendominasi lebih dari 80% bauran nasional. "Peningkatan produksi hulu migas bisa menjadi langkah konkret untuk mengurangi ketergantungan impor dan memperkuat fondasi energi nasional," katanya.
SKK Migas mencatat hingga pertengahan 2025 pengeboran sumur pengembangan mencapai 409 sumur, naik 14% dibandingkan tahun lalu. Kegiatan workover tercatat 517 sumur atau meningkat 6%, sementara well service melonjak 12% menjadi 20.644 kegiatan.
Ali menekankan keberhasilan sektor hulu migas membutuhkan dukungan penuh pemerintah, termasuk kepastian hukum dan insentif fiskal seperti pemotongan pajak agar investor berani menanamkan modal.
Tonton juga video "Pertamina Dukung Penuh Pembangunan di Kawasan Rebana dari Sektor Migas" di sini:
(rrd/rrd)