Di Panggung COP30, PT Vale-Huayou Ungkap Jurus Dekarbonisasi & Hilirisasi

Di Panggung COP30, PT Vale-Huayou Ungkap Jurus Dekarbonisasi & Hilirisasi

Diffa Rezy - detikFinance
Senin, 24 Nov 2025 15:25 WIB
Vale Indonesia
Foto: Vale Indonesia
Jakarta -

PT Vale Indonesia Tbk (PT Vale) menegaskan peran Indonesia sebagai pemasok nikel dunia sekaligus pemimpin dalam pengembangan mineral kritis berkelanjutan.PT Vale memaparkan strategi dekarbonisasi dan hilirisasi yang dianggap menjadi fondasi ekosistem baterai kendaraan listrik di masa depan.

Hal ini disampaikan menjelang puncak pembahasan isu iklim global pada COP30 di Belém, Brasil. Pada sesi talk show bertema 'Emerging Technologies to Respond to Climate Change' di Paviliun Indonesia, PT Vale menjelaskan bagaimana teknologi, praktik pertambangan bertanggung jawab, dan kemitraan strategis dengan Huayou Indonesia membuka babak baru pada industri baterai EV.

Kegiatan tersebut dibuka melalui sambutan video dari Plt. Deputi Bidang Pengelolaan Limbah, Limbah B3, dan Bahan Berbahaya KLHK, Hanifah Dwi Nirwana, yang menekankan komitmen Indonesia dalam memperkuat tata kelola lingkungan sebagai fondasi transformasi industri.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Pesan tersebut kemudian dilanjutkan oleh Direktur Pengelolaan Limbah B3 dan Non-B3 KLHK, Amsor, yang menyoroti pentingnya integritas regulasi, transparansi, serta keselarasan dengan standar keberlanjutan internasional.

ADVERTISEMENT

Dari sisi industri, Direktur sekaligus Chief Sustainability & Corporate Affairs Officer PT Vale Budiawansyah menjelaskan ambisi iklim perusahaan, termasuk target penurunan emisi absolut 33% pada 2030 dan pengurangan intensitas karbon produk nikel hingga 50%.

Ia menjelaskan inovasi seperti heat recovery, pemanfaatan off-gas, optimalisasi ore dewatering, hingga elektrifikasi infrastruktur sebagai pendorong utama transformasi tersebut.

"Pesan kami di COP30 sangat jelas. Pertumbuhan yang bertanggung jawab dan selaras iklim merupakan pilar strategi kami. Melalui inovasi dan kolaborasi, termasuk kemitraan hilirisasi strategis dengan Huayou, kami berkomitmen menghadirkan nikel rendah karbon yang memenuhi ekspektasi pemangku kepentingan global," ujarnya dalam keterangan tertulis, Senin (24/11/2025).

Senada, Director of Public Affairs Huayou Indonesia Stevanus menjelaskan kontribusi teknologi perusahaan dalam menekan emisi industri. Ia menekankan bahwa inovasi yang diterapkan Huayou dirancang untuk meningkatkan efisiensi sekaligus menurunkan emisi.

"Inovasi teknologi baru sedang kami implementasikan pada proses hidrometalurgi lanjutan-mulai dari waste heat recovery yang dapat memenuhi lebih dari 70% kebutuhan listrik proyek, self-flow ore slurry, solidifikasi CO₂, elektrifikasi, hingga pemanfaatan kembali limbah," terangnya.

"Dengan itu semua, kami dapat menurunkan lebih dari 2 tCO₂e per ton nikel," imbuhnya.

Ia menambahkan bahwa kolaborasi dengan PT Vale mencerminkan visi bersama mempercepat pemrosesan material baterai yang lebih bersih.

"Dengan menggabungkan inovasi hidrometalurgi Huayou dan fondasi ESG PT Vale, kami turut menempatkan Indonesia sebagai tolok ukur global bagi material baterai rendah karbon," tuturnya.

Lebih lanjut, Vice President HSE Harita Nickel Aladin Sianipa menekankan pentingnya sirkularitas dan pemanfaatan ulang limbah sebagai bagian dari perjalanan dekarbonisasi industri nikel. Para panelis pun sepakat bahwa transformasi besar tengah terjadi dalam industri nikel Indonesia, didorong kolaborasi pemerintah, pelaku hulu, midstream, hingga teknologi hilir.

Pada kesempatan tersebut, PT Vale turut memaparkan peningkatan skor Sustainalytics ESG Risk Rating mereka menjadi 23,7, skor terbaik sepanjang sejarah perusahaan yang menempatkan PT Vale di jajaran teratas kategori global diversified metals & mining. PT Vale menilai capaian tersebut memperkuat kepercayaan global terhadap nikel Indonesia yang diproduksi secara bertanggung jawab.

Dari Belém hingga Morowali, PT Vale membawa pesan bahwa mineral kritis Indonesia memegang peran penting dalam masa depan dekarbonisasi global. Melalui kemitraan strategis, pemrosesan berbasis energi bersih, dan komitmen kuat pada ESG, perusahaan menegaskan bahwa Indonesia siap memimpin transisi energi bersih dunia secara bertanggung jawab.

Menutup diskusi, para panelis menyampaikan pandangan optimistis bahwa keberhasilan Indonesia dalam rantai pasok kendaraan listrik tidak hanya bergantung pada besarnya cadangan nikel, tetapi pada nilai keberlanjutan, transparansi, keunggulan teknologi, dan kekuatan kolaborasi.

Kemitraan PT Vale-Huayou disebut sebagai contoh konkret bagaimana industri dapat bekerja bersama menghadirkan dampak nyata bagi iklim sekaligus memperkuat posisi Indonesia di panggung global.

Simak juga Video 'Indonesia Soroti 7 Agenda Utama di Penutupan COP30 Brasil':

(anl/ega)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Hide Ads