Kemudian untuk BRI juga menurunkan SBDK berlaku 28 Februari 2021 untuk seluruh segmen. Seperti korporasi, ritel, mikro, KPR dan non KPR dengan penurunan 150-325 bps.
Direktur Utama BRI Sunarso mengungkapkan penurunan SBDK terbesar diberikan pada kredit konsumer non KPR sebesar 3,25% dengan penurunan ini kredit non KPR dari 12% menjadi 8,75%.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Kemudian untuk SBDK KPR menjadi 7,25% dari sebelumnya 9,9%. Sementara untuk segmen mikro menjadi 14% dari sebelumnya 16,5%.
Pada segmen korporasi tercatat menjadi 8% dan ritel 8,25%. Sunarso menyebut penurunan suku bunga kredit oleh BRI dilakukan untuk mendukung percepatan pemulihan ekonomi nasional.
Sebelumnya sepanjang tahun 2020 BRI juga telah menurunkan suku bunga 75-150 bps, bahkan khusus restrukturisasi keringanan suku bunga, BRI menurunkan antara 300-500 bps.
Sunarso menambahkan penurunan bunga kredit ini demi mendukung percepatan pemulihan ekonomi nasional seiring tren penurunan bunga acuan di bank sentral. Selain itu beban biaya dana dan bank yang semakin efisien juga membuat suku bunga BRI bisa terus turun.
Sunarso menjelaskan, meski telah menurun tetapi perubahan suku bunga kredit bukan menjadi satu-satunya variabel penentu besar/kecilnya permintaan pembiayaan.
"Berdasarkan analisa ekonometrika, variabel paling sensitif atau elastisitasnya paling tinggi terhadap pertumbuhan kredit adalah tingkat konsumsi rumah tangga dan daya beli masyarakat," tambah Sunarso.
Melalui langkah ini, BRI terus menunjukkan komitmennya untuk terus menjadi mitra strategis pemerintah dalam kaitannya mendukung penyaluran berbagai stimulus Pemulihan Ekonomi Nasional (PEN). "Langkah tersebut diharapkan dapat meningkatkan konsumsi rumah tangga dan daya beli masyarakat. Peningkatan dua hal ini akan berujung pada naiknya permintaan kredit dan membaiknya pertumbuhan ekonomi nasional", jelas dia.
(kil/ara)