Perusahaan pembayaran digital berbau plat merah, LinkAja telah resmi berdiri. Sistem pembayaran berbasis QR code ini merupakan besutan dari beberapa Badan Usaha Milik Negara (BUMN).
Jika dilihat di belakang LinkAja, terdapat BUMN-BUMN besar. Namun apakah bisa LinkAja menyaingi OVO dan Go-Pay yang sudah merajai pasar lebih dulu?
Menurut Direktur Riset Center of Reforms on Economics (CORE) Piter Abdullah adanya segerombolan BUMN di belakang LinkAja belum jaminan bisa mengalahkan OVO dan Go-Pay. Bahkan dia tidak yakin LinkAja menyalip dua dompet digital itu.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Memang dari sisi pendanaan Go-Pay dan OVO memiliki amunisi melimpah. Dengan sangat mudah mereka bisa 'bakar uang' untuk kegiatan promosi, seperti gimmick cashback dan lainnya.
"Dalam hal dana promosi Go-Pay dan OVO didukung oleh dana promosi atau istilahnya bakar uang yang sangat besar," ucapnya.
Istilah bakar uang memang melekat dalam industri pembayaran digital yang masih belia. Jika ingin merajai pasar, modal berperan penting.
Sementara LinkAja yang justru didukung banyak BUMN malah terbilanh sulit. BUMN tidak bisa dengan mudahnya bakar uang untuk LinkAja, sebab uang yang beredar diawasi negara.
"BUMN yang penggunaan uangnya sangat ketat. Dalam hal ekosistem. Go-Pay dan OVO sudah memiliki ekosistem yang jauh lebih luas dari pada yang dimiliki LinkAja," tambahnya.
Dari dua faktor itu saja, modal dan ekosistem, LinkAja sudah tertinggal jauh. Menurut Piter jika dua hal itu tidak bisa terpenuhi, maka sangat kecil kemungkinan LinkAja menyalip OVO dan Go-Pay.
"Selama dua faktor ini tidak ada perubahan saya yakin LinkAja tidak akan menjadi pesaing yang sepadan bagi Go-Pay dan OVO," tutupnya.
Simak Video "Tak Hanya Online, OVO Juga Hadirkan 8 Juta Titik Top Up Saldo Offline"
[Gambas:Video 20detik]