Jakarta -
Salah satu unicorn Indonesia, Bukalapak, tengah melakukan efisiensi dengan mengurangi jumlah pegawai. Saat ini valuasi atau nilai perusahaan mencapai US$ 1 miliar atau Rp 14 triliun (asumsi kurs Rp 14.000).
Bagaimana valuasi yang besar membuat Bukalapak harus efisiensi? Apa saja penyebabnya?
Berikut berita selengkapnya:
Ketua umum Asosiasi E-Commerce Indonesia (idEA) terpilih, Ignatius Untung mengatakan, hal itu sebenarnya merupakan konsekuensi normal dari semakin ketatnya persaingan di Industri e-commerce meskipun secara industri tren pertumbuhannya masih positif.
"Industrinya masih berkembang terus walaupun persaingannya makin ketat," jelas dia kepada detikcom, Selasa (10/9/2019).
Meski ada PHK di Bukalapak, bukan berarti unicorn lain di Indonesia bakal ikut tumbang.
"Karena ini bukan masalah industri, jadi nggak bisa dipukul rata," kata dia.
Di Indonesia ada sedikitnya 4 unicorn yang digadang-gadang jadi magnet investasi masuk ke tanah air. Bukalapak jadi salah satunya. Unicorn lainnya adalah Go-Jek, Traveloka, dan Tokopedia.
Bukalapak sendiri sudah mengonfirmasi perusahaannya melakukan pemutusan hubungan kerja (PHK) pada sejumlah karyawannya. Hal ini dilakukan Bukalapak sebagai upaya restrukturisasi atau pembenahan di internal perusahaan.
"Di skala perusahaan yang sudah tumbuh sebesar ini, tentunya kami perlu menata diri dan mulai beroperasi layaknya perusahaan yang sudah dewasa, atau bisa kami sebut sebagai a grown up company. Terutama untuk menjamin visi kami untuk terus tumbuh sebagai sustainable e-commerce dalam jangka panjang," kata manajemen Bukalapak, Selasa (10/9/2019).
Peneliti INDEF Bhima Yudhistira Adhinegara menjelaskan hal ini merupakan peringatan untuk pemerintah yang menjadi pengambil kebijakan untuk perumbuhan ekonomi.
"Ini warning, sektor ritel kan di ujung dari rantai pasok. Artinya pemerintah perlu memperhatikan jangan-jangan di hulunya sudah lama terjadi PHK diam-diam," kata Bhima saat dihubungi detikcom, Selasa (10/9/2019).
Dia mengungkapkan kondisi ini bisa mendorong pelemahan daya beli dan pertumbuhan ekonomi. Menurut Bhima, PHK yang terjadi di Bukalapak mematahkan teori bahwa shifting besar-besaran dari konsumsi ritel konvensional ke ritel online.
Faktanya, menurut Bhima sama-sama berat baik pemain konvensional maupun online. "Konsumsi rumah tangga memang rendah yakni di ksiaran 5%, kemudian kelas menengah dan atas yang tadinya diandalkan untuk mendorong konsumsi akhirnya terpaksa menahan belanja," jelas dia.
Kemudian konsumen juga khawatir dengan isu resesi ekonomi global, perang dagang dan rendahnya harga komoditas.
Pemutusan hubungan kerja (PHK) yang dilakukan Bukalapak pada sejumlah karyawannya tampaknya direspons negatif oleh para pemilik saham PT Elang Mahkota Teknologi Tbk. Saham berkode ticker EMTK tersebut hari ini tercatat 'rontok' hingga Rp 900 (12,5%) ke level Rp 6.300.
Mengutip data RTI, Selasa (10/9/2019), saham EMTK hari ini tercatat ditransaksikan sebanyak 53 kali dengan nilai Rp 257,4 miliar. Saham EMTK hari ini dibuka di level Rp 7.000 dan sempat jatuh hingga ke level Rp 6.050 pada siang tadi.
Untuk diketahui, Bukalapak merupakan salah satu cucu perusahaan yang dimiliki EMTK melalui anak usahanya, PT Kreatif Media Karya (KMK). KMK merupakan pemegang saham utama Bukalapak dengan porsi kepemilikan saham sebesar 35,17%. EMTK sendiri memegang hampir seluruh porsi kepemilikan saham KMK atau sebesar 99,99%.
Emtek diketahui masuk ke Bukalapak melalui pendanaan seri B. Pemilik stasiun televisi SCTV ini masuk Bukalapak sebagai Lead Investor lewat KMK Online pada Februari 2015 yang juga bersamaan dengan 500 startup.
Bukalapak merupakan perusahaan e-commerce yang menyandang status unicorn. Hari ini tersiar kabar di beberapa media yang menyebutkan startup ini melakukan PHK sebagai salah satu langkah restrukturisasi.
Halaman Selanjutnya
Halaman