Platform pembayaran digital asal Jerman, Wirecard kehilangan uang bernilai seperempat dari aset perusahaan, tepatnya US$ 2,1 miliar atau setara dengan Rp 29,61 triliun (kurs Rp 14.100/US$).
Akibat kasus tersebut, CEO Wirecard Markus Braun mengundurkan diri setelah auditor EY mengatakan uang tunai yang nilainya setara seperempat dari aset perusahaan tidak dapat ditemukan. Sebelum berhenti, Braun mengklaim bahwa perusahaan telah menjadi korban penipuan besar-besaran.
Pencarian untuk dana yang hilang telah difokuskan pada Filipina, tetapi Bank Sentral Filipina mengatakan tidak ada uang masuk ke negara itu, setelah Bank Kepulauan Filipina (BPI) dan BDO Unibank mengatakan dokumen yang menunjukkan bahwa Wirecard telah menyetor dana ke mereka adalah palsu. Kedua bank besar di Filipina ini mengatakan Wirecard bukan klien mereka.
Wirecard masih berusaha keras untuk mencari uang untuk menjaga para kreditur tidak terlibat masalah lebih jauh. Wirecard mengatakan bahwa mereka telah menyewa bank investasi Houlihan Lokey untuk datang dengan strategi pembiayaan baru.
Dilansir CNN, Selasa (23/6/2020), skandal ini telah membuat saham Wirecard (WCAGY) jatuh pada awal perdagangan hari Senin. Saham telah anjlok lebih dari 85% selama tiga sesi perdagangan dan menghapus nilai pasar US$ 12,5 miliar.
Pada hari Senin, perusahaan menarik laporan neraca tahun 2019, kuartal I-2020 dan perkiraan laba untuk tahun 2020. Perusahaan menilai bahwa hasil keuangan dari tahun-tahun sebelumnya kemungkinan dapat terpengaruh.
Simak Video "Jangan Ikut-ikutan Fenomena 'Galbay' Pinjol Ilegal"
[Gambas:Video 20detik]