Kripto Lebih Ngeri dari Saham cs, Ini Penyebabnya

Kripto Lebih Ngeri dari Saham cs, Ini Penyebabnya

Danang Sugianto - detikFinance
Kamis, 05 Agu 2021 07:45 WIB
Jakarta -

Aset kripto belakangan ini dipandang sebagai instrumen investasi yang menyeramkan karena harganya terus merosot. Padahal pada saat harganya melambung, instrumen ini diagung-agungkan.

Young investor yang juga Founder Ternak Uang Timothy Ronald mengatakan, belum lama berselang banyak para investor dan trader kripto sorak-sorai. Mereka ramai-ramai pamer di media sosial keuntungan yang mereka dapat.

"Bulan lalu semuanya hype sama kripto, IG story semuanya diisi sama cuan kripto, semua lagi greedy, semuanya pada main kripto. Bahkan saa itu narasinya Bitcoin bisa tembus Rp 1 miliar," ucapnya dalam acara d'Mentor detikcom, Rabu (4/8/2021).

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Tapi itu semua berubah ketika Bitcoin dan kawan-kawannya terjun bebas. Tak sedikit juga cerita para trader kripto, terutama para newbie, yang stres karena uangnya menyusut. Alhasil kripto kini dipandang sebagai instrumen yang menyeramkan.

Timothy menjelaskan memang yang membuat aset kripto menyeramkan karena volatilitas yang tinggi. Lantas apa yang membuat kripto bergerak begitu liar?

ADVERTISEMENT

Ada beberapa hal yang menjadi faktor utama. Belakangan ini kripto sangat dipengaruhi oleh regulasi terutama di China. Setiap kali regulator China membuat kebijakan buruk tentang kripto, harga Bitcoin cs langsung jatuh. Seperti misalnya melarang penambangan kripto.

"Untuk memprosesnya kan dibutuhkan mining. Nah para miner di China diusir, banyak pindah ke negara lain. Karena China paling besar populasi miner-nya, jadi sangat berdampak," terangnya.

Pasar kripto juga berbeda dengan bursa saham. Contoh paling utama adalah jam perdagangan. Perdagangan saham sangat teratur, ada pembukaan, sesi I, sesi II dan penutupan. Bahkan ada jeda siangnya.

Sementara pasar kripto 24 jam penuh. Tidak semua pelaku pasar kripto bisa memantau secara penuh. Sementara harga kripto bisa jatuh kapan saja, termasuk ketika tradernya sedang tertidur lelap.

"Saya investasi kripto dari 2016 tapi cuma sedikit. Suatu saat di 2017 naik tinggi banget, semua orang seakan harus investasi di kripto. Tapi kemudian ada crash, Bitcoin turun drastis, itu terjadi di jam 5 pagi di waktu Indonesia," tuturnya.

Belum lagi di kripto tidak ada kebijakan yang membuat trader-nya nyaman. Misalnya di pasar saham ada yang namanya auto reject atas dan auto reject bawah. Kebijakan yang membatasi kenaikan atau penurunan nilai sebuah saham dalam sehari perdagangan. Sementara kripto bisa turun sampai sedalam samudera.

(das/ara)

Hide Ads