Awalnya, dengan mengadopsi Bitcoin sebagai alat pembayaran yang sah diharapkan akan membantu orang Salvador menghindari biaya mahal untuk pengiriman uang dari luar negeri. El Salvador tidak memiliki mata uang sendiri, melainkan mengandalkan dolar AS.
Namun nyatanya, menambahkan mata uang lain yang rentan terhadap perubahan nilai yang liar akan semakin memperumit anggaran pemerintah dan perencanaan pajak.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Kini adopsi Bitcoin jadi mimpi buruk bagi orang El Salvador. Masyarakat sekarang harus memutuskan apakah akan menyimpan uang dalam bentuk dolar AS atau Bitcoin. Masalahnya, bila memilih Bitcoin taruhannya sangat tinggi karena ayunan liar atas nilainya.
Risiko lain dari mengadopsi Bitcoin sebagai alat pembayaran yang sah juga dapat mendorong kejahatan berkembang. Hal ini sudah diperingatkan oleh Dana Moneter Internasional (International Monetary Fund/IMF).
IMF menilai aset kripto rawan digunakan untuk tindakan terorisme hingga pencucian uang. "Tanpa anti pencucian uang yang kuat dan memerangi pendanaan tindakan terorisme, aset kripto dapat digunakan untuk mencuci uang haram, mendanai terorisme, dan menghindari pajak," papar IMF.
"Mata uang ini juga dapat menimbulkan risiko terhadap sistem keuangan, keseimbangan fiskal, dan hubungan dengan negara asing negara dan bank koresponden," lanjut IMF.
IMF pun mendesak pemerintah El Salvador untuk menggunakan bentuk uang digital baru hanya jika mereka bisa dapat menjaga stabilitas keuangan, efisiensi dan kesetaraan.
"Mencoba menjadikan aset kripto sebagai mata uang nasional adalah jalan pintas yang tidak disarankan," IMF memperingatkan.
Imbas dari kebijakan adopsi Bitcoin ini juga telah mencoreng nama El Salvador di dunia internasional. Pada akhir Juli, Moody's Investors Service mendorong turunnya rating El Salvador lebih dalam ke wilayah paling buruk.
Moody's memiliki alasan berupa penurunan kualitas pembuatan kebijakan keuangan. Salah satunya termasuk keputusan pemerintah El Salvador untuk mengadopsi Bitcoin sebagai alat pembayaran yang sah.
Mereka mengatakan El Salvador akan menjadi rentan terhadap guncangan pembiayaan yang dapat membahayakan kemampuan pemerintah untuk membayar kreditur mulai Januari 2023. Seperti diketahui rating Moody's sering dijadikan acuan dunia internasional untuk memberikan investasi ataupun pinjaman.
(hal/eds)