Belum selesai kasus Sunton Capital, kini muncul lagi dugaan penipuan dari perusahaan robot trading bernama MarkAI yang disebut merugikan member hingga miliaran rupiah.
Modusnya hampir sama dengan Sunton, seorang member bernama Shella menceritakan kepada detikcom jika pada 15 Oktober aplikasi mengumumkan tidak bisa melakukan penarikan dan deposit dibekukan.
Hari berikutnya admin dan petinggi MarkAI menyebut jika aplikasi sedang maintenance. Namun keanehan mulai muncul karena admin sampai customer service tak bisa dihubungi dan meninggalkan grup Telegram dan Whatsapp.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Hari berikut website dan aplikasi down tak bisa dibuka. Shella harus menelan pil pahit uang yang sudah disetorkan US$ 590 atau sekitar Rp 8,26 juta (asumsi kurs Rp 14 ribu) dan suaminya US$ 4.000 atau sekitar Rp 56 juta.
MarkAI merupakan platform robot trading dengan sistem arbitrase dan mengaku bekerja sama dengan Indodax, Binance, Huobi dan berada di bawah naungan PT Teknologi Investasi Indonesia dipimpin oleh Hindera sebagai Direktur Utama dan Agustian sebagai komisaris.
Ketua Satgas Waspada Investasi Tongam L Tobing mengungkapkan robot trading hanya merupakan alat untuk melakukan perdagangan.
"Sehingga bisa untung dan juga bisa rugi. Tidak akan ada keuntungan yang fix dalam trading," kata dia kepada detikcom.
Menurut dia masyarakat yang ingin menggunakan robot trading hendaknya adalah orang yang sudah memahami mekanisme trading, sehingga mengetahui risikonya. Beberapa hal yang perlu diketahui adalah bahwa keputusan investasi untuk jual atau beli harus berasal dari investor, bukan pihak lain.
"Jangan sekali-sekali melakukan investasi perdagangan berjangka komoditi ke pihak lain yang bukan perusahaan perdagangan berjangka komoditi yang berizin dari Bappebti," jelasnya.