Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati menyinggung pinjaman online (pinjol) yang belakangan ramai diperbincangkan. Menurutnya praktik pinjol kini membuat banyak orang menderita dan memunculkan dampak buruk bagi keuangan digital.
"Saya pikir kita semua tahu dan lihat, dan ini contoh yang tidak baik seperti pinjaman online, di mana orang menderita akibat praktik semacam ini," kata Sri Mulyani dalam Diskusi Strengthen Islamic Economy and Financial in The Post Pandemic Era, Digitalization, and Sustainability, Selasa (26/10/2021).
Hal itu dia singgung berbarengan dengan penjelasan mengenai perkembangan teknologi keuangan digital. Dengan ada banyak kasus pinjol, menurutnya kini ahli ekonomi syariah harus bekerja keras untuk mengembangkan teknologi keuangan digital, terutama aturan untuk financial technology (fintech).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Pertama, instrumen mengimplementasikan dan merancang regulatory framework, kedua merancang institusi-institusi yang mengimplementasikan keteraturan, instrumen keuangan digital yang bisa diterbitkan oleh fintech," jelasnya.
"Sehingga bisa menciptakan inklusi keuangan yang aman dan adil, dan tidak eksploitatif, untuk mereka yang kurang melek mengenai keuangan digital, yang ini akan menjadi salah satu yang paling penting" tambahnya.
Meski demikian, Sri Mulyani percaya ekonomi syariah bisa berkembang dan beradaptasi dengan teknologi digital. Hal itu dibuktikan dengan perkembangan lembaga keuangan mikro.
"Kami melihat BMT punya peran yang penting dalam menyediakan alternatif keuangan dan menciptakan daya tahan di tengah pandemi ini. Dengan memakai atau menjalankan teknologi digital global Islam yang pasti akan menyediakan platform ini dengan biaya yang jauh lebih murah," tutupnya.
(ara/ara)