Robinhood mengungkap platformnya telah mengalami serangan siber yang menyebabkan jutaan data pelanggannya bocor. Dalam insiden itu, peretas disebut menuntut pembayaran atas data yang mereka dapatkan.
Pihak Robinhood mengatakan, akibat insiden yang terjadi 3 November peretas mendapatkan daftar alamat email sekitar 5 juta pelanggan dan nama lengkap sekitar 2 juta orang. Namun, perusahaan memastikan bahwa nomor rekening hingga kartu debit tidak bocor.
"Kami memastikan bahwa tidak ada nomor Jaminan Sosial, nomor rekening bank atau nomor kartu debit yang terungkap dan tidak ada kerugian finansial bagi pelanggan sebagai akibat dari insiden tersebut," kata pihak Robinhood, dikutip dari CNN, Selasa (9/11/2021).
Untuk kronologinya, peretas memperoleh akses ke sistem pelanggan Robinhood dengan menyamar sebagai karyawan. Setelah Robinhood mengatasi serangan siber itu, pihak peretas memeras dengan menuntut pembayaran.
Hingga akhirnya perusahaan segera melaporkan kasus ini ke penegak hukum. Akibat insiden itu, saham Robinhood turun sekitar 3% dalam perdagangan setelah jam kerja Senin.
Kini, Robinhood tengah melakukan upaya pengamanan kembali kepada data orang-orang yang terkena dampak peretasan. Dan terus menyelidiki dengan bantuan perusahaan keamanan Mandiant.
"Sebagai perusahaan Safety First, kami berutang kepada pelanggan kami untuk bersikap transparan dan bertindak dengan integritas," tutup Kepala Petugas Keamanan Robinhood Caleb Sima.
(dna/dna)