Tren NFT Berpotensi Merusak Lingkungan, Kok Bisa?

Tren NFT Berpotensi Merusak Lingkungan, Kok Bisa?

Ignacio Geordi Oswaldo - detikFinance
Senin, 07 Feb 2022 12:28 WIB
Ilustrasi NFT non fungible token
Foto: Getty Images/iStockphoto/Rawf8

Sebagai gambaran, jejak karbon harian Bitcoin setara dengan menonton 57.000 jam video YouTube. Dan, penggunaan listrik hariannya setara dengan jumlah daya yang digunakan rata-rata rumah tangga Amerika selama 25 hari.

Dampak lingkungan dari NFT pun serupa dengan yang diakibatkan oleh penambangan bitcoin tadi. Hal ini dikarenakan teknologi NFT juga menggunakan transaksi komputer intensif energi untuk mengotentikasi dan menjual karya seni.

"NFT memerlukan transaksi di blockchain-untuk membuat NFT, menawar, membayar NFT setelah memenangkan penawaran, atau mentransfer kepemilikan," kata Köhler.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Jadi, Anda dapat mengaitkan bagian transaksi yang dibutuhkan NFT dengan bagian konsumsi listriknya dan mengaitkan jejak lingkungan. Dengan meningkatnya minat pada NFT dan lebih banyak orang yang membeli dan menjual NFT, dampak terkaitnya meningkat," jelasnya lagi.

Energi yang digunakan untuk transaksi ini juga merupakan masalah. Seperti yang dikatakan Köhler, para penambang umumnya diberi insentif untuk menggunakan listrik murah untuk memaksimalkan keuntungan (seperti bahan bakar fosil).

ADVERTISEMENT

Selain itu, dikatakan juga bahwa menggunakan komputer khusus untuk menambang yang dapat menjadi tidak menguntungkan dalam beberapa tahun menciptakan limbah elektronik dalam jumlah besar. Jadi beik itu cryprocurrency ataupun NFT dapat berpotensi merusak lingkungan secara masif dan global.

Meskipun NFT jelas saat ini memiliki dampak lingkungan yang besar dan kuat, Köhler mengatakan ada beberapa cara bagi mereka untuk menjadi lebih berkelanjutan di masa depan. Dimulai dengan mengurangi dampak dari blockchain yang digunakan.

"Sebagian besar NFT beroperasi di Ethereum, yang merupakan blockchain proof-of-work. Ethereum beralih dari proof-of-work ke proof-of-stake untuk mengamankan blockchain mereka dan memverifikasi transaksi, yang oleh asosiasi akan membuat NFT lebih berkelanjutan, "katanya.

"Namun, ini bukan tugas sepele dan membutuhkan waktu. Menggunakan (blockchain non-PoW) yang berbeda juga dapat mengatasi hal ini," jelasnya lagi.

Cara kedua agar NFT menjadi lebih berkelanjutan adalah dengan mengurangi jumlah transaksi yang mereka butuhkan di blockchain.

"Ini dapat dilakukan dengan membangun 'lapisan 2', yang berarti tidak setiap transaksi harus berada di blockchain," kata Köhler.

"Misalnya, lelang dapat sepenuhnya diadakan di luar rantai pada lapisan 2, dan kemudian diserahkan ke blockchain sebagai batch. Ini adalah solusi yang bisa diterapkan lebih jangka pendek," sambungnya.

Tetapi di dunia di mana sebagian besar produksi energi masih berasal dari bahan bakar fosil, para kritikus mengatakan cryptocurrency dan NFT akan terus berkontribusi terhadap pemanasan global jika perubahan tidak segera terjadi.


(fdl/fdl)

Hide Ads