Kok Masih Ada Saja yang Tertipu Binomo Cs?

Kok Masih Ada Saja yang Tertipu Binomo Cs?

Sylke Febrina Laucereno - detikFinance
Senin, 14 Feb 2022 12:19 WIB
Binomo
Foto: Binomo (Tim Infografis: Andhika Akbarayansyah)
Jakarta -

Kasus dugaan penipuan berkedok aplikasi trading binary option atau perdagangan opsi biner Binomo kini ramai diperbincangkan. Binomo sendiri merupakan salah satu aplikasi trading yang sudah diblokir Badan Pengawas Perdagangan Berjangka Komoditi (Bappebti) Kementerian Perdagangan (Kemendag).

Peneliti Institute for Development of Economics and Finance (Indef) Nailul Huda mengatakan, banyaknya nasabah yang merasa tertipu dari kasus binary options ini disebabkan oleh kurangnya literasi digital dan literasi keuangan masyarakat.

Masyarakat juga dinilai mudah tergiur keuntungan yang besar dengan cara yang relatif instan tanpa mempertimbangan risikonya. Hanya dengan menebak naik atau turunnya sebuah aset.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Ada dua sisi kenapa masyarakat kita mencoba-coba jenis investasi yang tidak sedikit ternyata ilegal. Sisi pertama dari sisi masyarakatnya yang ingin mendapatkan keuntungan secara kilat, namun tidak memiliki literasi digital dan keuangan yang kuat," ujar Nailul belum lama ini.

Lebih lanjut ia menjelaskan, masyarakat yang literasi keuangan dan digitalnya rendah akan menjadi sasaran empuk dari penjaja investasi bodong. Tercatat, indeks literasi keuangan masyarakat Indonesia saat ini baru sebesar 38,03 persen dan indeks literasi digital Indonesia berada di level 3,49 pada 2021.

ADVERTISEMENT

"Literasi digital kita terhitung masih buruk yang dapat dilihat dari semakin maraknya kasus pencurian data digital hingga penipuan online. Literasi keuangan juga masih sangat rendah," ketusnya.

Bahkan jika dibandingkan dengan negara-negara lainnya di kawasan Asia Tenggara, sebut Nailul, indeks literasi keuangan dan digital masyarakat Indonesia masih jauh lebih rendah.

"Financial knowledge masyarakat Indonesia masih rendah dibandingkan dengan negara tetangga. Dari sini kita sudah bisa melihat bahwa masyarakat Indonesia merupakan sasaran empuk para penipu berkedok investasi, baik yang berasal dari luar maupun dalam negeri," ungkap dia.

Bagaimana dengan peran pengawasan dari pemerintah? Buka halaman selanjutnya.

Pemerintah belum mengawasi penggunaan influencer di platform trading ilegal

Pada kasus Binomo, para korban merasa tertipu dari beberapa influencer dan afiliator binary option, seperti Indra Kenz hingga Doni Salmanan. Para korban terbujuk rayu para influencer dan afiliator Binomo yang mengiming-imingi keuntungan hingga 85 persen dari nilai dana yang dibuka.

Namun demikian, Nailul melihat bahwa kasus ini bukan kesalahan dari influencer atau afiliator semata, mereka pun tidak bisa disalahkan begitu saja. Terjadinya kasus ini merupakan dampak dari pengawasan awal pemerintah.

Ia menuturkan bahwa saat ini regulasi di dalam negeri belum mengatur perihal influencer atau seseorang yang mempromosikan aplikasi trading ilegal. Sehingga, platform trading ilegal ini dapat dengan leluasa membayar atau menyewa influencer ini untuk mempromosikan produknya.

"Selain itu, aturan seseorang menyebarkan berita bohong ataupun platform yang terindikasi penipuan di internet belum kuat. Para penipu berani menyewa influencer untuk mengiklankan platform penipu itu," tutup Nailul.


Hide Ads