Dewan Stabilitas Keuangan (Financial Stability Board/FSB) atau badan Internasional yang menyatukan regulator dari 24 negara dan yurisdiksi, mengatakan bahwa perkembangan pesat pasar kripto seperti Bitcoin cs dapat mengancam krisis keuangan global.
Kesimpulan itu datang karena industri perbankan dan pemain pasar besar sudah mulai meningkatkan eksposur mereka terhadap uang kripto karena tingginya permintaan dari klien, terlepas dari volatilitasnya.
"Risiko stabilitas keuangan dapat meningkat dengan cepat. Pembuat kebijakan perlu mengambil tindakan," kata FSB dikutip dari CNN, Selasa (22/2/2022).
Pada hari Kamis, Bitcoin jatuh hampir 8%. Pada hari yang sama, Sequoia Capital mengatakan sedang meningkatkan bisnis kripto-nya dengan dana US$ 500-600 juta atau setara Rp 7,16-8,60 triliun (kurs Rp 14.337).
Raksasa modal ventura itu mengatakan akan berfokus terutama pada token likuid dan aset digital. "Bank-bank yang penting secara sistemik dan lembaga keuangan lainnya semakin bersedia untuk melakukan kegiatan dan mendapatkan eksposur ke aset kripto," tutur FSB.
Dikarenakan pemain besar sudah mulai terlibat, perubahan signifikan di pasar kripto dapat memicu serangkaian peristiwa tak terduga. Bahkan, FSB membandingkan fenomena kripto ini dengan perdagangan pasar perumahan yang memicu krisis keuangan 2008 silam.
Meskipun pada 2021 perdagangan aset kripto satu titik meningkat lebih dari tiga kali lipat menjadi US$ 2,6 triliun atau setara Rp 372 triliun, jumlah itu disebut relatif masih kecil dibanding pasar global terakhir yang bernilai lebih dari US$ 120 triliun atau Rp 1.720 triliun.
"Jika lintasan pertumbuhan saat ini dalam skala dan keterkaitan aset kripto dengan lembaga-lembaga ini berlanjut, ini dapat berimplikasi pada stabilitas keuangan global," ungkap FSB.
(aid/ara)