Ethereum yang Dulu Bukanlah yang Sekarang, Kini Lebih Ramah Lingkungan

Ethereum yang Dulu Bukanlah yang Sekarang, Kini Lebih Ramah Lingkungan

Anisa Indraini - detikFinance
Jumat, 16 Sep 2022 09:40 WIB
LONDON, ENGLAND - APRIL 25: In this photo illustration of the litecoin, ripple and ethereum cryptocurrency altcoins sit arranged for a photograph beside a smartphone displaying the current price chart for ethereum on April 25, 2018 in London, England. Cryptocurrency markets began to recover this month following a massive crash during the first quarter of 2018, seeing more than $550 billion wiped from the total market capitalisation. (Photo by Jack Taylor/Getty Images)
Foto: Jack Taylor/Getty Images
Jakarta -

Mata uang kripto paling berharga kedua di dunia, Ethereum telah menyelesaikan rencana untuk mengurangi emisi karbonnya hampir 99,95%. Perubahan ini telah lama ditunggu-tunggu para pendukungnya.

Pembaruan perangkat lunak yang dikenal sebagai 'penggabungan' ini akan mengubah cara transaksi yang dikelola di blockchain Ethereum. Langkah ini disebut akan mengurangi konsumsi listrik di seluruh dunia sebesar 0,2%.

"Selamat menggabungkan semua. Ini adalah momen besar bagi ekosistem Ethereum. Setiap orang yang membantu mewujudkan penggabungan harus merasa sangat bangga hari ini," kata penemu Ethereum, Vitalik Buterin di Twitter dikutip dari CNN, Jumat (16/9/2022).

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Dengan begitu Ethereum tidak akan lagi dibuat oleh proses energi intensif yang dikenal sebagai 'penambangan', di mana bank komputer menghasilkan angka acak yang memvalidasi transaksi di blockchain dan menghasilkan token eter baru sebagai bagian dari proses.

Prosesnya, yang dikenal sebagai 'bukti kerja' di dunia cryptocurrency sekarang akan beralih ke sistem 'bukti kepemilikan', di mana individu dan perusahaan bertindak sebagai validator, menjanjikan atau mempertaruhkan eter mereka sendiri sebagai bentuk jaminan, untuk menangkan token yang baru dibuat.

ADVERTISEMENT

"Dengan sakelar ini, Ethereum berharap akan meningkatkan keamanan, mengurangi konsumsi energi, meningkatkan jumlah pengguna di jaringan, dan menumbuhkan kapitalisasi pasarnya," tulis analis riset Deutsche Bank Marion Laboure.

Banyak pengamat mengatakan bahwa cryptocurrency buruk bagi lingkungan. Menurut Digiconomist, platform yang melacak penggunaan energi kripto menyebut satu transaksi Ethereum setara dengan konsumsi daya mingguan rata-rata rumah tangga Amerika Serikat (AS).

Ethereum turun 0,7% setelah berita tersebut, sempat diperdagangkan pada US$ 1.592,78. Mata uang kripto paling berharga di dunia, Bitcoin juga turun hampir 1% dan sempat diperdagangkan pada US$ 20.174 menurut CoinDesk.




(aid/das)

Hide Ads