Krisis Kripto: Satu Bitcoin Dulu Bisa Beli Fortuner, Sekarang? Ah Sudahlah

Krisis Kripto: Satu Bitcoin Dulu Bisa Beli Fortuner, Sekarang? Ah Sudahlah

Achmad Dwi Afriyadi - detikFinance
Selasa, 15 Nov 2022 13:51 WIB
Ilustrasi Jual Beli Kripto
Foto: Dok. Shutterstock
Jakarta -

Ancaman krisis aset kripto semakin nyata. Hal ini tampak dari ambruknya salah satu bursa kripto terbesar di dunia FTX.

Nilai aset kripto pun berguguran. Bitcoin misalnya, aset kripto terbesar nilainya terjun bebas.

Sebagaimana dikutip dari data Coin Market Cap, Selasa (15/11/2022), harga bitcoin turun sangat dalam. Bitcoin menembus rekor pada 10 November 2021 lalu. Saat itu, nilai bitcoin mencapai US$ 68.789,63 atau sekitar Rp 1,06 miliar (asumsi kurs Rp 15.500).

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Dengan harga itu, bisa dikatakan dengan memiliki 1 bitcoin Anda bisa membeli mobil sekelas Mitsubishi New Pajero Sport Dakar Ultimate 4x4 yang dibanderol di toko online Rp 720 jutaan. Begitu juga dengan Toyota New Fortuner VRZ 4x4 DSL GR Sport 2.8 yang dibanderol Rp 715 jutaan.

Bahkan, jika bitcoin dicairkan saat itu masih ada sisa Rp 200 jutaan lebih.

ADVERTISEMENT

Namun siapa sangka, dalam waktu setahun nilai bitcoin turun tajam. Jika dibandingkan dengan rekor tertinggi, penurunan bitcoin mencapai 75,63%.

Bitcoin kini dibanderol dengan harga US$ 16.720,83 atau sekitar Rp 259,16 juta dengan asumsi kurs yang sama. Dengan begitu, terasa sekali penurunan harga bitcoin ini.

Jika dulu bisa digunakan untuk membeli mobil sekelas, New Pajero atau New Fortuner kini sudah tak bisa. Namun, 1 bitcoin saat ini masih bisa digunakan untuk membeli mobil dengan kelas jauh di bawahnya.

Sementara dikutip dari CNN, bangkrutnya bursa FTX diprediksi akan menular. Nilai aset kripto bitcoin diramal akan kembali anjlok.

Analis JP Morgan memperkirakan bitcoin akan turun sampai 25% dalam beberapa minggu mendatang. Hal itu sebagian karena dampak dari jatuhnya FTX yang menekan kripto.

Namun, ada penyebab lain yang membuat nilai kripto tertekan. Hal itu karena Bank Sentral Amerika Serikat (AS) atau Federal Reserve menaikkan suku bunga acuan. Kemudian, Bank Sentral menyusutkan neracanya sejak Juni dengan mengeluarkan uang dari pasar keuangan untuk mendinginkan pasar. Langkah ini diambil untuk melawan inflasi. Kondisi ini berarti modal mengering, dan itu tidak hanya buruk untuk kripto tapi juga aset lainnya seperti saham.

Simak juga video 'Tarik Ulur Kripto, Antara Bappebti dengan OJK':

[Gambas:Video 20detik]



(dna/ang)

Hide Ads