Sinyal krisis kripto semakin nyata. Hal itu ditandai dengan bangkrutnya salah satu bursa kripto terbesar FTX dan mendorong jatuhnya aset kripto terbesar, bitcoin.
Jatuhnya FTX bukan satu-satunya penyebab ambruknya bitcoin. Ada beberapa faktor lain membuat bitcoin ini anjlok.
Dikutip dari CNN, Selasa (15/11/2022), analis JP Morgan memperkirakan bitcoin akan turun sampai 25% dalam beberapa minggu mendatang. Hal itu sebagian karena dampak dari jatuhnya FTX yang menekan kripto.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Namun, ada penyebab lain yang membuat nilai kripto tertekan. Hal itu karena Bank Sentral Amerika Serikat (AS) atau Federal Reserve menaikkan suku bunga acuan.
Kemudian, Bank Sentral menyusutkan neracanya sejak Juni dengan mengeluarkan uang dari pasar keuangan untuk mendinginkan pasar. Langkah ini diambil untuk melawan inflasi. Dengan kondisi ini berarti modal mengering, dan itu tidak hanya buruk untuk kripto tapi juga aset lainnya seperti saham.
Gambaran besarnya, saat ini adalah masa sulit bagi investor kripto. Nilai bitcoin yakni aset kripto terbesar telah turun lebih dari 75% menjadi US$ 15.984 sejak tahun yang lalu.
Aset kripto sendiri telah menikmati kucuran modal selama pandemi berkat kebijakan Federal Reserve. Bank sentral mempertahankan suku bunga mendekati nol dan menanamkan neraca bank-bank besar dengan uang tunai, dengan membeli sejumlah besar obligasi dan aset lainnya. Namun hal itu tak lagi terjadi karena inflasi melonjak dan suku bunga naik.
Analis JP Morgan mengatakan kebijakan Fed akan menimbulkan hambatan besar pada ketersediaan uang tunai untuk investasi hingga tahun depan.
"Secara keseluruhan, perlambatan pertumbuhan uang global tampaknya akan berlanjut di tahun mendatang, dengan beberapa kemungkinan kontraksi di AS," tulis ahli strategi JPMorgan Nikolaos Panigirtzoglou dalam sebuah catatan.
Lebih sedikit uang berarti lebih banyak penghindaran risiko dan investor berhenti dari kripto. Sekarang platform aset digital lainnya seperti Solana juga menghadapi krisis uang tunai.
(acd/dna)