Bagi investor saham, mungkin sudah familiar dengan istilah blue chip. Blue chip merupakan saham perusahaan unggulan dan direkomendasikan sebagai instrumen investasi.
Namun kini istilah blue chip tidak hanya merujuk ke saham, melainkan pada aset kripto juga muncul konsep blue chip dengan arti yang tidak jauh berbeda. Aset kripto blue chip adalah aset kripto yang juga diunggulkan untuk berinvestasi.
Financial Expert Ajaib Kripto, Panji Yudha menjelaskan crypto blue chip dapat menjadi pilihan karena memiliki reputasi baik, harga yang stabil, likuiditas yang tinggi, serta kapitalisasi pasar yang besar.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Secara singkat, crypto blue chip adalah aset kripto yang sudah sangat mapan dan unggul di antara aset kripto lainnya," kata Panji dalam keterangan tertulis, Jumat (20/1/2023).
Dia menilai aset kripto blue chip memiliki fundamental yang kuat, sehingga pengaruh yang diberikan cukup signifikan terhadap pasar aset kripto, karena lebih tahan ketika pasar sedang crash.
Lebih lanjut dia merinci terdapat empat karakteristik utama yang menjadi penentu sebuah aset kripto masuk dalam kategori blue chip yaitu:
1. Telah Beroperasi Cukup Lama dan Memiliki Reputasi Baik
Hal pertama yang menjadi indikator adalah aset kripto ini sudah berjalan dan beroperasi lebih lama. Dikatakannya, rekam jejak menjadi faktor penentu karena aset kripto tersebut lebih kuat dan tangguh dalam bertahan dan memiliki eksistensi yang lebih besar dalam pasar.
Di samping itu dia mengungkapkan tim yang menangani proyek kripto juga menjadi indikator penting dalam keberhasilan aset kripto blue chip. Para pendiri dan tim yang memiliki reputasi baik tentunya akan lebih dipercaya oleh pasar, karena dinilai mumpuni dalam menjalankan project crypto.
"Reputasi pendiri dan tim yang baik ini membuat investor merasa lebih percaya diri untuk menginvestasikan dana mereka tanpa takut terhadap isu-isu yang tidak baik dan ancaman scam," tuturnya.
2. Kredibilitas dan Tingkat Adopsi
Panji menyebut sebuah aset kripto dapat dikatakan blue chip jika didukung oleh lembaga dan institusi dengan reputasi baik. Hal ini bisa menambah kredibilitas di mata investor. Di samping itu, tingkat adopsi juga menentukan sebuah aset kripto blue chip dalam merambah pasar yang ingin dijangkau. Faktor ini untuk melihat seberapa banyak teknologi diterapkan dan diimplementasikan oleh masyarakat secara mudah dan merata.
3. Nilai Kapitalisasi Pasar dan Likuiditas
Dia menekankan nilai kapitalisasi pasar yang tinggi turut menentukan sebuah aset kripto dapat digolongkan blue chip. Meski tidak ada nilai pasti yang menjadi indikator, namun kebanyakan aset kripto blue chip punya nilai kapitalisasi pasar yang lebih besar jika dibandingkan aset kripto lainnya.
" Likuiditas juga menjadi salah satu indikator yang dapat mempertimbangkan aset kripto dikatakan sebagai blue chip, dikarenakan semakin tinggi likuiditas sebuah aset kripto maka semakin mudah pula kegiatan transaksi perdagangan jual dan beli aset tersebut di pasar. Untuk melihat nilai kapitalisasi pasar dan likuiditas sebuah aset kripto, investor dapat memantaunya secara berkala di CoinMarketCap," tuturnya.
4. Volatilitas
Dikatakannya secara umum pergerakan aset kripto lebih fluktuatif ketimbang instrumen investasi lainnya. Meski demikian, ada beberapa aset kripto yang memiliki volatilitas yang lebih rendah, sehingga harganya jauh lebih stabil, kecuali stablecoin yang memang nilai nya di-peg atau di patok dengan nilai mata uang asli seperti dolar Amerika Serikat (AS).
"Keempat indikator tersebut dapat digunakan secara bersamaan untuk menentukan apakah aset kripto tersebut termasuk sebagai blue chip atau tidak," kata Panji.
Lebih lanjut dia memaparkan ada 2 aset kripto blue chip yang dapat dijadikan pertimbangan investor dalam melakukan investasi, serta dapat dibeli melalui aplikasi Ajaib Kripto.
Adapun Ajaib Kripto merupakan platform jual beli aset kripto yang memfasilitasi kegiatan transaksi yang mudah, aman, dan terjangkau, serta telah mengantongi izin dari Badan Pengawas Perdagangan Berjangka Komoditi (Bappebti).
1. Bitcoin (BTC)
Bitcoin merupakan pelopor aset kripto di dunia dan menjadi yang pertama dalam menerapkan konsep blockchain yang terdesentralisasi. Dalam perjalanannya sejak hadir di 2009, Bitcoin sudah mengalami fluktuasi harga yang signifikan.
Diketahui sampai dengan saat ini, Bitcoin telah diadopsi di berbagai perusahaan, lembaga, dan institusi besar ternama dunia. Bahkan sudah menjadi mata uang digital yang resmi di beberapa negara, sebut saja El Salvador, Panama, dan Uruguay.
"Bitcoin masih terbilang baru dibandingkan jenis aset lainnya dan saat ini masih terus dalam tahap pengembangan dan penyempurnaan. Meskipun begitu, Bitcoin tetap mendapatkan kepercayaan publik karena memiliki whitepaper dengan tujuan yang jelas," paparnya.
2. Ethereum (ETH)
Sejak peluncurannya di 2015, kata dia, Ethereum menduduki posisi kedua dari segi nilai kapitalisasi pasar. Ethereum juga memiliki project dengan teknologi terbaru dengan tingkat penggunaan yang lebih luas dibandingkan Bitcoin. Tak heran bila Ethereum menjadi aset kripto blue chip.
Apalagi, ethereum digadang-gadang sebagai induk para altcoin, yang memiliki sekitar 70% altcoin di pangsa pasar aset kripto yang menggunakan jaringan Ethereum.
"Ethereum terus melakukan upgrade untuk menciptakan teknologi yang lebih canggih. Seperti project The Merge, dengan mengubah sistem kerjanya dari Proof of Work (PoW) menjadi Proof of Stake (PoS) membuat blockchain Ethereum diharapkan akan menjadi lebih efisien, berkelanjutan, dan terukur," kata Panji.
Setelah paham mengenai aset kripto blue chip, investor dapat mulai melakukan perjalanan investasi aset kripto melalui Ajaib Kripto. Kendati demikian, Panji tetap mengingatkan dengan segala keunggulannya, aset kripto blue chip tetap memiliki potensi risiko kerugian. Sehingga investor harus ekstra teliti dan cermat sebelum memilih aset kripto yang ingin investasikan.
"Ajaib Kripto dapat menjadi platform yang mendukung investasi aset kripto secara aman dan mudah karena semua aset kripto di dalam Ajaib Kripto telah terdaftar di Bappebti," kata Panji.
(fhs/ega)