BI Pastikan Rupiah Digital Bakal Terwujud, Juli Bakal Ada Buktinya!

ADVERTISEMENT

BI Pastikan Rupiah Digital Bakal Terwujud, Juli Bakal Ada Buktinya!

Sylke Febrina Laucereno - detikFinance
Senin, 30 Jan 2023 14:04 WIB
Bank Indonesia (BI) memutuskan untuk menurunkan lagi suku bunga acuannya. Kini BI 7 Days Repo Rate turun jadi 5,5%.
Gubernur Bank Indonesia (BI) Perry Warjiyo (Foto: Agung Pambudhy)
Jakarta -

Bank Indonesia (BI) memastikan bahwa rencana pembuatan rupiah digital akan direalisasikan. Sebagai salah satu buktinya, pada Juli 2023 BI akan meluncurkan proof of concept digital rupiah atau dokumen realisasinya.

Gubernur BI Perry Warjiyo mengungkapkan, bank sentral telah bertemu dengan pemain besar yang dipandang memiliki kemampuan untuk menjadi wholesaler.

"Insya Allah sekitar Juli akan dikeluarkan proof of concept. Kami persiapkan Indonesia maju dengan digital, digitalisasi pembayaran dan digitalisasi rupiah," kata Perry dalam acara dalam acara Laporan transparansi dan Akuntabilitas BI, Senin (30/1/2023).

Pada akhir November 2022, BI telah menerbitkan White Paper Rupiah Digital. Dokumen ini bernama "Proyek Garuda" untuk memayungi berbagai inisiatif desain arsitektur Rupiah Digital.

Mempertimbangkan bahwa Proyek Garuda merupakan inisiatif berskala nasional maka sinergi dengan berbagai pemangku kepentingan akan terus ditempuh guna memperkuat efektivitas kebijakan.

CBDC ini dinilai sebagai solusi prospektif untuk mewujudkan pembayaran antarnegara yang lebih cepat, mudah, transparan, dan inklusif. CBDC diyakini mampu mengatasi berbagai friksi yang selama ini terjadi dalam pembayaran antarnegara seperti biaya yang mahal, format data yang terfragmentasi, compliance yang kompleks, jam operasional yang terbatas serta tingginya biaya konversi mata uang.

Kemudian CBDC, sebagai sebuah platform multicurrency memungkinkan sejumlah pihak untuk bertransaksi dan saling membayar dalam mata uang yang berbeda secara langsung, tanpa memerlukan perantara seperti bank koresponden.

Hal ini sejalan dengan survei BIS tahun 2022, bahwa efisiensi pembayaran antarnegara menjadi motif utama bagi pengembangan CBDC wholesale, baik di negara maju maupun negara berkembang. Demikian pula, inisiatif pengembangan CBDC ritel antarnegara juga mulai dilakukan.

Terlepas dari ketersediaan solusi untuk interoperabilitas CBDC, tantangan utama dalam mendesain interoperabilitas lintas CBDC dari yurisdiksi yang berbeda adalah solusi atas isu bisnis terutama isu pengelolaan konversi mata uang (currency arrangement) termasuk pengendalian arus modal dan penyediaan likuiditas dalam valuta yang berbeda.

(kil/das)

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT