Jurus 'Bakar Uang' Startup Masih Manjur Genjot Bisnis?

ADVERTISEMENT

Jurus 'Bakar Uang' Startup Masih Manjur Genjot Bisnis?

Sylke Febrina Laucereno - detikFinance
Jumat, 10 Feb 2023 13:20 WIB
ilustrasi startup
Foto: Internet
Jakarta -

Perusahaan rintisan atau startup saat awal pembentukan cenderung akan 'membakar uang. Hal ini dilakukan demi membangun top of mind merek dan menjangkau target pasar.

Chief Investment Officer Mandiri Capital Indonesia (MCI) Dennis Pratistha mengungkapkan saat ini terbukti bahwa strategi bakar uang ini tak selalu berhasil. Karena pada dasarnya startup merupakan bisnis yang juga harus mencari profitability.

"Saat ini startup harus fokus kepada inisiatif yang memiliki dampak positif terhadap bottom line untuk memiliki path to profitability dan mencapai self sustain. Tidak lagi growth at any cost," kata Dennis dalam siaran pers, Jumat (10/2/2023).

Dia mengungkapkan saat ini memang dunia sedang memasuki tech slowdown. Disebabkan oleh belum adanya perencanaan masa depan yang tepat. Lalu startup cenderung mengharapkan periode pertumbuhan eksponensial di beberapa sektor yang dipicu pandemi untuk berlanjut ketika keadaan sudah kembali normal.

Berikutnya adalah tak adanya inovasi yang dihasilkan. Misalnya menawarkan produk atau servis yang sebelumnya sudah populer di pasar.

"Startup masih dapat berkembang meskipun mendapatkan banyak tantangan. Selama startup membangun fundamental bisnis yang kuat dan agile, serta mencari peluang yang baru, perusahaan akan dapat mencapai bisnis yang berkelanjutan," ujar Dennis.

Secara global, menurut CB Insights dalam State of Venture 2022 Report, perusahaan yang didukung modal ventura hanya mencapai US$415,1 miliar di sepanjang tahun 2022 atau turun 35% dibandingkan tahun 2021.

Penurunan pendanaan paling dalam di tahun 2022 terjadi di sektor kesehatan digital dimana startup healthtech berkurang 57% (yoy), startup teknologi ritel turun 52% (yoy), dan startup fintech turun 46% (yoy).

Sedangkan berdasarkan wilayahnya, Asia mengalami kontraksi terbesar dimana pendanaannya berkurang 40% (yoy). Selanjutnya, Amerika Serikat dan Eropa keduanya melemah 17% (yoy).

Di tahun 2023, startup perlu memperhatikan pertama, biaya operasional. Hal ini tidak selalu berarti mengurangi pertumbuhan, tetapi dapat dengan mengevaluasi kembali proses bisnis dengan struktur yang efisien. "Dalam sisi operasional, baik tenaga kerja, pemasaran, dan infrastruktur cloud, startup harus memastikan bahwa mereka memilih model yang paling hemat biaya dan tidak menggunakan lebih banyak daripada yang mereka butuhkan," jelas Chief Financial Officer MCI Rino Bernando.

Rino menyebut orang startup harus mengasah kompetensi dan gabung ke komunitas profesional.

Selanjutnya startup juga wajib berinovasi dan memecahkan masalah. Saat ini investor fokus pada fundamental bisnis dengan penekanan pendapatan. Karena itu startup harus punya model bisnis yang tepat agar bisa menghasilkan pendapatan agar mampu bertahan.

Selaku Founder dan CEO dari iSeller Commerce Jimmy Petrus mengungkapkan kerjasama dengan MCI dan ekosistem Mandiri, membuahkan kedekatan untuk merealisasikan visi iSeller untuk berkontribusi ke perekonomian Indonesia.

Founder & CEO Ayoconnect Jakob Rost menyebutkan saat ini platformnya berupaya untuk mendorong inklusi keuangan di Indonesia melalui sinergi yang berkelanjutan dengan regulator dan industri perbankan. Pengembangan produk dan teknologi merupakan hal penting, begitu juga dengan meningkatkan kualitas kepemimpinan dan pemberdayaan tim.



Simak Video "Di Balik Badai PHK Bisnis Startup"
[Gambas:Video 20detik]
(kil/zlf)

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT