Jakarta - Menkeu Sri Mulyani Indrawati memaparkan asumsi makro hingga Juli 2020. Sayangnya, seluruh capaian asumsi makro ini meleset semua dari yang ditentukan di APBN.
Foto Bisnis
Penjelasan Sri Mulyani soal Asumsi Makro 2019 yang Meleset

Untuk pertumbuhan ekonomi selama semester-I 2020 tercatat minus 1,26%. Angka ini merupakan akumulasi dari ekonomi kuartal I-2020 yang tumbuh 2,97% dan di kuartal II-2020 kontraksi 5,32%.
Penyerahan pemandangan umum Fraksi Partai Gerindra DPR RI terhadap RUU APBN 2021 & Nota Keuangan dibacakan oleh Presiden Joko Widodo Pada tanggal 14 Agustus 2020, diwakili oleh Kamrussamad kepada Menteri Keuangan selaku Wakil Pemerintah RI. Kemudian untuk inflasi secara tahunan atau year on year (yoy) tercatat 1,54% dan hingga year to date (ytd) atau hingga Juli 2020 tercatat 0,98%. Angka ini lebih rendah dari yang dipatok dalam APBN yakni 3,1%.
Sri Mulyani mengatakan, semuanya lebih rendah dari APBN awal dan inflasi lebih rendah dari APBN awal.
Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) hingga Juli juga tercatat di level Rp 14.608, angka ini lebih tinggi dari yang dipatok dalam APBN di level Rp 14.400. Suku bunga SBN juga tercatat lebih tinggi dari APBN, yakni 3,29% hingga Juli 2020.
Sedangkan untuk harga minyak mentah Indonesia hingga Juli 220 US$ 39,98 barel per day (bpd), lebih rendah dari target APBN yang mencapai US$ 63 bpd. Lifting minyak juga tercatat sekitar 714 ribu bph dan lifting gas sekitar 987 ribu barel setara minyak per hari. Keduanya juga meleset dari target APBN. Untuk diketahui, DPR RI menggelar rapat paripurna dengan sejumlah agenda pada hari ini. Sebanyak 303 anggota DPR hadir secara fisik maupun virtual.