Magelang - Permintaan sarung goyor meningkat jelang Lebaran. Proses pembuatan yang masih gunakan alat tenun bukan mesin (ATBM) membuat sarung goyor bernilai seni tinggi.
Foto Bisnis
Mengintip Produksi Sarung Goyor, Pakai Alat Tenun Bukan Mesin

Sarung goyor mengalami peningkatan permintaan menjelang Lebaran. Salah satu pengrajin sarung goyor di Kota Magelang, Umar Saleh Al Katiri mengatakan, menjelang Lebaran ini permintaan sarung goyor mengalami peningkatan sekitar 50 persen. Eko Susanto/Detikcom.
Sedangkan sebelum adanya pandemi Corona, permintaan mengalami peningkatan sampai 100 persen. Eko Susanto/Detikcom.
Diketahui, proses pembuatan sarung goyor hingga kini masih menggunakan peralatan alat tenun bukan mesin (ATBM) yang bernilai seni tinggi. Eko Susanto/Detikcom.
Umar Saleh Al Katiri pun bercerita mengenai usaha pembuatan sarung goyor yang digelutinya. Produksi sarung goyor dirintis sekitar tahun 1949-1950. Setelah kakeknya, kemudian diteruskan orangtuanya dan sekarang memasuki generasi ketiga. Semenjak produksi tersebut tetap menggunakan peralatan ATBM, sedangkan bahan baku impor. Eko Susanto/Detikcom.
Proses produksi sarung goyor ini tidak bisa ditargetkan. Hal ini karena tingkat kesulitan membuatnya, kemudian harus detail. Peralatan yang digunakan pun masih memakai ATBM. Eko Susanto/Detikcom.
Umar menuturkan, bahan baku impor baik benang maupun pewarnanya. Untuk benang di datangkan dari China atau India. Kemudian, pewarna dari Jepang atau India, terkadang juga Taiwan. Eko Susanto/Detikcom.
Adapun sarung goyor ini sejak tahun 1980-an telah diterima di pasar Timur Tengah. Semenjak itu, sekalipun permintaan dari Timur Tengah naik turun, namun tetap berjalan. Pengiriman menuju Timur Tengah terakhir dilakukan pada September 2020 karena pandemi COVID-19. Sarung goyor yang diproduksi bisa ditemukan di Kota Magelang maupun Muntilan. Untuk harga per pack berkisar antara Rp 625.000 sampai Rp 650.000. Eko Susanto/Detikcom.