Solo - Pandemi COVID-19 membuat penjualan lerak menurun. Meski begitu, produsen lerak di Solo ini mencoba bertahan dengan tetap melakukan produksi.
Foto Bisnis
Menengok Produsen Lerak Bertahan di Tengah Hantaman Corona
RM Budiono Kusumo bersama beberapa pegawainya menyelesaikan pembuatan lerak di Jalan Tamtaman 1, Baluwarti, Pasar Kliwon, Solo, Jawa Tengah, Sabtu (26/6/2021).
Lerak atau juga disebut soap berries ini merupakan buah yang dimanfaatkan untuk mencuci batik. Bahan ini sudah digunakan sejak nenek moyang di mana batik sudah mulai eksis.
Tetapi di tengah pandemi COVID-19 ini produksi lerak jadi terhambat. Jika sebelumnya dalam sebulan bisa meraup omzet Rp 150 juta, sekarang hanya berkisar Rp 15 juta sampai Rp 25 juta saja.
Untuk proses pembuatan sari lerak dilakukan melalui beberapa tahapan. Pertama memisahkan buah lerak dari bijinya. Setelah itu, buah atau daging lerak direbus menggunakan air untuk mengeluarkan getahnya.
RM Budiono Kusumo menjadikan bahan utama lerak sebagai "deterjen" alami untuk mencuci batik, baik baik cap maupun batik tulis.
Untuk botol kecil ukuran 250 ml harganya Rp10.000. Sedangkan kemasan 500 ml dijual dengan harga Rp 20.000.
Lerak tersebut dijual ke sejumlah wilayah di Indonesia, mulai dari Bali, Kalimantan hingga Sumatera.
Menurut perajin, pembuatan sari lerak ini karena eksistensi batik masih tetap terjaga di era modern. Bahkan batik bisa diadaptasikan untuk menjadi busana modern atau kekinian.

i rupa buah Lerak. screenshot umiarsih.wordpress.com