Cilacap - Kampung nelayan di Sentolo Kawat, Cilacap memiliki tempat untuk memproduksi kapal pencari ikan. Produksi masih manual dengan semangat gotong-royong.
Foto Bisnis
Intip Pembuatan Kapal Tradisional Cilacap Seharga Rp 50 Juta

Selain mencari ikan, menjemur dan menjual, para nelayan juga mahir membuat kapal. Aktifitas ini hampir menjadi keseharian bagi salah satu warga di kampung Sentolo Kawat, Cilacap.
Kapal-kapal yang berangkat ke laut merupakan hasil produksi tangan dari warga di kampung nelayan. Biasanya dalam membuat kapal membutuhkan tenaga kerja 6 hingga 7 orang.
Waktu pengerjaan satu kapal ukuran besar memakan tempo sekitar satu bulan.
Sementara untuk modal pembuatan satu buah kapal ukuran besar mencapai Rp 50 juta. Untuk kapal kecil Rp 15 juta hingga Rp 20 juta. Harga tersebut belum termasuk kelengkapan seperti jaring ikan dan lain-lain.
Harga yang cukup mahal biasanya dari mesin penggerak kapal. Harga mesin bisa mencapai Rp 32 juta untuk ukuran kecil. Sementara untuk kapal besar bisa mencapai Rp 40 juta.
Semangat warga di kawasan ini perlu diapresiasi. Tradisi gotong royong sangat terjalin disini. Tak perlu diminta warga langsung membantu saat nelayan lain membutuhkan bantuan.
Sejumlah nelayan memanggul mesin ke dalam kapal. Bobot mesin yang tidak ringan membutuhkan upaya gotong-royong.
Saat kapal bersandar, hampir sepertiga kampung turun tangan untuk membantu menurunkan mesin kapal. Biasanya warga menyebutnya dengan nama udun-udun.
Teriakan satu dua tiga lantang diteriakkan warga untuk memberi semangat saat mengangkat mesin. Diteriakkan dengan bahasa jawa ji.., ro.., lu,.. ! ji,.. ro,.. lu,.. !
Sebaliknya, pemilik kapal akan membalas budi warga dengan memberikan makanan sebagai rasa syukur saat kapalnya sudah jadi. Tradisi unik di kampung ini juga sering mengadakan sedekah laut terutama setiap satu suro atau Tahun Baru Islam. Biasanya warga melakukan pelarungan sajen ke laut.