Jakarta - Pemerintah memberikan sinyal rencana impor beras. Namun opsi impor akan ditentukan setelah melihat panen raya selama tiga bulan ke depan.
Foto Bisnis
Fakta Terbaru Rencana RI Impor Beras Lagi

Sejumlah pedagang menata beras di Pasar Induk Beras Cipinang, Jakarta Timur, Jumat (17/3/2023). Pemerintah memberikan sinyal rencana impor beras untuk kedua kalinya tahun ini. Awalnya, hal itu disampaikan oleh Menteri Perdagangan Zulkifli Hasan alias Zulhas. Kemudian, Kepala Badan Pangan Nasional Arief Prasetyo Adi, juga angkat bicara.
Kepala Badan Pangan Nasional Arief Prasetyo Adi, menerangkan, adanya opsi impor akan ditentukan setelah melihat panen raya selama tiga bulan ke depan. Jika produksi panen atau gabah selama panen raya rendah, baru diputuskan apakah perlu impor. Namun, ia menegaskan bahwa keputusan impor belum ada sampai hari ini.
Arief menegaskan saat ini pemerintah tetap mengutamakan penyerapan dari petani dalam negeri. Terutama untuk cadangan beras pemerintah (CBP) di gudang Perum Bulog.
Sementara itu, Direktur Utama Perum Bulog, Budi Waseso (Buwas) mengatakan berkaitan dengan opsi impor yang disampaikan Zulhas menurutnya itu merupakan sebuah langkah antisipasi. Ia mengatakan itu merupakan perhitungan terburuk ke depan.
Saat ini sisa cadangan beras pemerintah (CBP) dan beras komersil di gudang Perum Bulog hanya tersisa 280.000 ton. Padahal rata-rata per bulan Bulog harus menyalurkan atau operasi pasar beras sebanyak 200.000 ton.
Jumlah beras di gudang Bulog itu jauh dari ideal, di mana per tahunnya harus ada 1,2 juta ton. Jadi, Arief mendorong agar Perum Bulog menyerap beras petani maksimal pada panen raya tiga bulan ke depan. Badan Pangan Nasional memerintahkan Perum Bulog menyerap beras petani pada panen raya sebanyak 2,4 juta ton. Rinciannya 1,2 juta ton untuk CBP dan sisanya untuk penugasan lainnya, termasuk penyaluran bantuan sosial (bansos).
Melihat tiga bulan ke depan merupakan masa panen raya yakni Maret, April, dan Mei, Badan Pangan Nasional mengungkap ancaman cuaca atau iklim yang bisa mempengaruhi produksi beras tahun ini. Arief Prasetyo Adi menyebut ancaman itu adalah iklim kemarau ekstrem atau El Nino. Ia menerangkan iklim ekstrem itu akan terjadi setelah musim penghujan ini. Hal ini diungkapkan berdasarkan informasi dari Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG).
Meski demikian, pihaknya tetap optimis akan produksi atau hasil panen raya tahun ini. Deputi Bidang Ketersediaan dan Stabilisasi Pangan, Badan Pangan Nasional, I Gusti Ketut Astawa, mengatakan sampai Maret diprediksi jumlah panen raya mencapai 5 juta ton.
Sebelumnya, rencana impor disampaikan oleh Menteri Perdagangan (Mendag) Zulkifli Hasan dalam rapat kerja dengan Komisi VI DPR RI. Sayangnya Zulhas tidak menyebut kapan impor beras dilakukan. Meski begitu, ia menegaskan yang pasti opsi impor beras tidak dilakukan sekarang, karena Indonesia masih di periode panen raya.