Spanyol - Sampah pakaian bekas menjadi masalah yang cukup serius di Eropa. Sebuah pabrik badan amal di Spanyol, berusaha mengatasinya dengan mendaur ulang.
Foto Bisnis
Melihat Kesibukan Pabrik Daur Ulang Pakaian Bekas di Spanyol

Di sebuah gudang di pinggiran Barcelona, para wanita berdiri di ban berjalan, secara manual menyortir T-shirt, jeans, dan gaun dari tumpukan besar pakaian bekas - sebuah langkah kecil untuk mengatasi masalah fesyen terbuang yang menjulang tinggi di Eropa.
Pusat penyortiran yang dijalankan oleh badan amal penggunaan kembali dan daur ulang garmen Moda Re, berencana untuk melipatgandakan volume yang ditanganinya menjadi 40.000 metrik ton setiap tahun. Moda Re merupakan bagian dari badan amal Spanyol Caritas dan menjalankan jaringan pakaian bekas terbesar di Spanyol.
Didanai sebagian oleh pemilik Zara, Inditex (ITX.MC), Moda Re akan memperluas lokasinya di Barcelona, Bilbao, dan Valencia. Ini merupakan salah satu tanda awal rencana peningkatan kapasitas penyortiran, pemrosesan, dan daur ulang garmen sebagai respons terhadap rentetan proposal baru Uni Eropa untuk mengekang industri fashion.
Di pabrik Barcelona, pakaian didatangkan dari lebih dari 7.000 tempat sumbangan di supermarket dan toko Zara dan Mango. Mesin inframerah yang disumbangkan oleh Inditex mengidentifikasi susunan serat pakaian untuk mempercepat penyortiran yang sebagian besar dilakukan secara manual.
Saat ini kurang dari separuh pakaian yang diterima Moda Re dikirim ke fasilitas lain untuk didaur ulang. Dari jumlah tersebut, hanya seperlima yang kemudian didaur ulang dari serat ke serat, dan Moda Re memperkirakan pangsa tersebut akan tumbuh hingga 70% dalam tiga hingga empat tahun ke depan.
Saat ini, sebagian besar daur ulang ditujukan untuk produk bermutu rendah seperti kain lap dan hampir setengahnya dikirim untuk dijual kembali ke negara-negara Afrika termasuk Kamerun, Ghana, dan Senegal. Menurut data perdagangan Perserikatan Bangsa-Bangsa, UE mengekspor 1,4 juta ton tekstil bekas pada tahun 2022, dua kali lipat dibandingkan tahun 2000.
Tidak semua pakaian tersebut digunakan kembali, dan ekspor pakaian bekas dari Eropa ke Afrika dapat menyebabkan polusi ketika pakaian tersebut digunakan. yang tidak dapat dijual kembali akan berakhir di tempat pembuangan sampah, kata UE.