Jakarta - Siapa yang tak kenal dengan Pasar Asemka? Sejak masa kolonial Belanda, kawasan pecinan itu ditinggali oleh komunitas Tionghoa dan dijadikan untuk berniaga.
Picture Story
Geliat Perputaran Ekonomi di Pasar Asemka
Dimasa penjajahan Belanda, Asemka merupakan bagian dari kawasan pecinaan di Batavia. Awal mulanya komunitas Tionghoa datang dan menempati wilayah Kali Besar. Hingga akhirnya gelombang masyarakat Tionghoa itu terus bertambah secara bertahap dan menyebar.
Nama Asemka berasal dari istilah Belanda, Asem Kade. Kade memiliki arti tepian kali atau dermaga. Pada zamannya, banyak tumbuh pohon asem di Kade, sehingga orang biasa menyebutnya Asem Kade, dan pelafalannya disingkat menjadi Asemka.
Pasar Asemka menjadi salah satu pasar grosir terbesar yang ada di Indonesia. Berbagai macam barang seperti mainan anak, alat tulis kantor, make up, perhiasan, seserahan pernikahan dijual secara grosir di tempat ini.
Inilah salah satu potret penjualan grosir yang dilaksanakan di Asemka. Belanja dalam jumlah besar dan menggunakan moda transportasi bajaj.
Gedung Pasar Asemka sudah ada sejak 1989. Pembangunannya bersamaan dengan pembangunan Pasar Pagi Mangga Dua. Pedagang di Pasar Asemka terbagi di beberapa tempat seperti di Gedung Biru, Kolong Jembatan dan beberapa kios yang ada di sekitar gedung biru Pasar Asemka.
Para pembeli yang datang ke Pasar Asemka berasal dari berbagai daerah di Indonesia, jika sudah berlangganan biasanya para pembeli cukup berkomunikasi langsung dengan pedagang kemudian barang-barang tersebut dikirim dengan menggunakan jasa ekspedisi tanpa harus datang langsung kesana.
Barang-barang yang dijual di Pasar Asemka biasanya dijual dalam partai besar atau grosir, namun beberapa toko juga membolehkan pembelian satuan dengan konsekuensi harganya lebih mahal dibanding dengan pembelian partai besar.
Salah satu penjual aksesoris ini pun tetap mengikuti tren dengan berjualan online melalui e-commerce ataupun sosial media miliknya pribadi.
Bahkan sejak 1972 Pasar Asemka juga sempat terkenal dengan penjualan Tekstilnya, sebelum akhirnya para penjual tekstil pindah ke Pasar Tanah Abang.
Setelah itu, imej Pasar Asemka pun berubah menjadi pasar yang menjual barang-barang grosiran dan mainan anak-anak. Meski ditengah gempuran belanja Online, para Pedagang di Pasar Asemka masih bisa bertahan hingga kini.
Terlihat unik, tapi memang ini benar terjadi. Mereka berdagang dibawah kolong fly over dan pedestrian di kawasan Asemka, dengan latar mobil Satpol PP, para pelanggannya pun tetap asyik dan terlihat nyaman.

Bahkan tak sedikit dari pengakuan para pedagang yang memang sudah lama berjualan di kolong fly over kawasan tersebut. Semua berjalan dengan tertib dan aman roda perekonomian di pasar Asemka.