Di depan peserta yang hadir pada acara Indonesia Economic Forum, Sandi bercerita tentang kerugian yang ditanggung olehnya pasca berhentinya Tigerair Mandala sejak 1 Juli 2014.
"Saya kehilangan banyak uang di Mandala," kat Sandi di Ritz Carlton, Jakarta Selatan, Selasa (25/11/2014).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Pertama, bisnis penerbangan di Indonesia terkena hantaman tingginya harga bahan bakar pesawat atau avtur. Selain itu ada beban meroketnya nilai tukar dolar terhadap rupiah. Selama ini biaya operasional maskapai nasional memakai dolar padahal pemasukan dalam bentuk rupiah.
"Pertama karena harga avtur tinggi kemudian dolar tinggi tapi rupiah melemah. Dua pukulan tersebut membuat industri menjadi susah," jelasnya.
Meski potensi bisnis maskapai penerbangan masih terbuka lebar seiring tumbuhnya kelas menengah di Indonesia, namun Sandi belum berencana menyuntikkan modal kembali kepada Tigerair Mandala.
"Belum ada rencana," jelasnya.
Sejak ditutup tahap awal pada Januari 2010, PT Mandala Airlines kembali terbang di 2012 setelah sepertiga sahamnya dibeli Tiger Air atau sekitar 35,8%.
Tiger Air menggandeng perusahaan investasi milik Sandiaga Uno yaitu Saratoga yang menguasai 51% saham Tigerair Mandala. Namun beberapa bulan lalu, Tigerair Mandala menutup dan mengurangi beberapa rute sehingga mengurangi 40% dari kegiatan operasinya.
Kabar mengejutkan kembali muncul pada akhir Juni 2014, pihak Tigerair Mandala memutuskan menghentikan operasi mulai 1 Juli 2014, dengan Mem-PHK para karyawannya.
(feb/hen)