Warnanya Butek dan Bercampur Lumpur, Kualitas Garam Lokal Kalah dengan Impor

Warnanya Butek dan Bercampur Lumpur, Kualitas Garam Lokal Kalah dengan Impor

- detikFinance
Rabu, 03 Des 2014 11:40 WIB
Jakarta - Meskipun tidak semua produksi garam lokal bermutu rendah, namun kenyataannya masih banyak kelemahan produksi garam lokal. Misalnya soal kualitas garam lokal dinilai rendah karena warnanya yang kotor karena masih pakai sistem tradisional.

"Hasil garam lokal itu mayoritas berwarna cokelat karena tercampur lumpur tanah," ungkap Pelatih di bidang Garam Nasional, Balai Diklat Perikanan Tegal, Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) Drajat saat ditemui detikFinance di Kantor KKP, Jalan Medan Merdeka Timur, Jakarta, Rabu (3/12/2014).

Selain warnanya butek atau keruh, kandungan Natrium klorida (NaCl) dan Magnesium garam lokal sangat rendah dibandingkan garam impor. "Kandungan NaCL magnesium kurang dari 94%," imbuhnya.

Padahal menurut Drajat sesuai Standar Nasional Indonesia (SNI), setidaknya ada 13 kriteria standar mutu yang harus dipenuhi oleh produsen garam, antara lain penampakan bersih, berwarna putih, tidak berbau, tingkat kelembaban rendah, dan tidak terkontaminasi dengan timbal/bahan logam lainnya.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Selain itu, syarat untuk memenuhi SNI, kandungan NaCl untuk garam konsumsi manusia tidak boleh lebih rendah dari 97% untuk garam kelas satu, dan tidak kurang dari 94% untuk garam kelas dua.



(wij/hen)

Hide Ads