Menperin Resmikan Perluasan Pabrik Tekstil Terbesar Kedua di Dunia

Menperin Resmikan Perluasan Pabrik Tekstil Terbesar Kedua di Dunia

Lani Pujiastuti - detikFinance
Senin, 12 Okt 2015 10:26 WIB
Purwakarta -

Menteri Perindustrian (Menperin) Saleh Husin hari ini mengunjungi Purwakarta untuk berdialog dengan investor, sekaligus meresmikan perluasan pabrik serat rayon line 7 PT Indo Bhara Rayon senilai US$ 60 Juta atau sekitar Rp 810 miliar (kurs Rp 13.500/US$).

Pabrik produsen bahan baku tekstil yaitu serat rayon viscose staple fibre (VSF) dan anhydrous sodium sulphate ini berlokasi di Desa Cilangkap, Curug, Jalan Industri, Purwakarta, Jawa Barat. Kapasitas total pabrik ini mencapai 578 ton per hari dan menjadi pabrik VSF dalam satu kawasan terbesar kedua di dunia.

Menperin didampingi Dirjen Industri Kimia Tekstil dan Aneka (IKTA) Kemenperin Harjanto, bersama Wakil Gubernur Jawa Barat Dedi Mizwar, serta Bupati Purwakarta Dedi Mulyadi, dan Ketua DPRD Kabupaten Purwakarta Syarif Hidayat, tiba di lokasi pabrik pukul 09.00 WIB.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Saya apresiasi perluasan pabrik line ke-7 PT IBR untuk meningkatkan daya saing. Perluasan pabrik line 7 PT IBR diharapkan dapat menumbuhkan optimisme bahwa sektor TPT (Tekstil dan Produk Tekstil) masih memiliki peluang yang sangat besar, untuk terus ditingkatkan dan mampu berkompetisi secara global. Di tengah pola perdagangan dunia yang sangat terbuka dengan implementasi berbagai free trade agreement," jelas Menperin Saleh Husin.

Presiden Direktur PT Indo Bharat Rayon (Birla Group) Mukul Agarwal menambahkan, PT IBR membuka line nomor 7 dengan nilai investasi sebesar US$ 60 juta. PT Indo Bharat Rayon (IBR) beroperasi sejak 1982 dan menjadi pionir produksi viscose staple fibre (VSF) di Indonesia.

Mukul menjelaskan, PT IBR merupakan pabrik pertama di Indonesia yang mengantongi ISO 9002 dan ISO 14001. Kapasitas produksi pabrik ini semula pada 1982 yaitu 48 ton per hari. Setelah berekspansi kini mencapai kapasitas 578 ton per hari dan menjadi pabrik VSF dalam satu kawasan terbesar kedua di dunia. Kapasitas pabrik VSF pertama di dunia ada di India.

Produksi VSF per tahun mencapai 193.614 ton per tahun. Anhydrus sodium sulphate 138.662 ton per tahun dan sulphuric acid 150.155 ton per tahun.

Produk VSF dengan merek Birla Cellulose yang diproduksi merupakan bahan baku tekstil. Penyerapan tenaga kerja dari Aditya Birla Group mencapai 6.460 orang. PT Indo Bharat Rayon sendiri menyerap 2.068 orang tenaga kerja.

"Indonesia merupakan negara pertama lokasi investasi Aditya Birla Group di luar India pada 1974. Produk VSF yang dihasilkan Aditya Birla Group salah merupakan salah satu produksi terbesar di dunia. Termasuk suplai dari pabrik kami di Indonesia ini," kata K P Kapoor, COO PT Indo Bharat Rayon (IBR).

Bupati Purwakarta, Dedi Mulyadi mengatakan keberadaan industri bahan baku tekstil di Purwakarta termasuk PT Indo Bharat Rayon membawa percepatan pertumbuhan infrastruktur daerah.

"UMK (Upah Minimum Kota) Purwakarta tahun lalu naik menjadi Rp 3,2 juta. Mungkin agak kecut senyum manajemen, namun terkembang senyum karyawan. Adanya insentif energi melalui paket kebijakan bisa mengkompensasi kenaikan UMK," ujar Dedi Mulyadi.

Aditya Birla Group merupakan perusahaan produsen serat rayon, acrilic, pulp and fiber dengan aset sebesar US$ 41 miliar dari 36 negara di seluruh dunia. Produk serat rayon dengan merek dagang Birla Cellulose menguasai 20% pangsa pasar dunia.

Data Kementerian Perindustrian mencatat industri tekstil dan produk tekstil (TPT) peranannya dalam perolehan devisa ekspor non migas sebesar US$ 12,74 juta serta menyerap tenaga kerja sebesar 10,6% dari total tenaga kerja industri manufaktur.

(rrd/rrd)

Hide Ads