Bertemu Menperin, Perwakilan Posco Bahas Rencana Produksi Baja 10 Juta Ton

Bertemu Menperin, Perwakilan Posco Bahas Rencana Produksi Baja 10 Juta Ton

Yulida Medistiara - detikFinance
Selasa, 06 Sep 2016 14:55 WIB
Foto: Yulida Medistiara
Jakarta - Presiden Direktur PT Posco Indonesia Inti, Kim Jhi Yong bertemu Menteri Perindustrian, Airlangga Hartarto di Kantor Kementerian Perindustrian (Kemenperin), Selasa (6/9/2016). Usai pertemuan yang berlangsung sekitar 1 jam itu, Kim Jhi Yong mengatakan pertemuan itu untuk silaturahmi dengan Menteri Perindustrian baru sekaligus memaparkan rencana produksi baja hingga 10 juta ton.

Rencana produksi itu pernah disampaikan kepada Presiden Joko Widodo (Jokowi) saat berkunjung ke Korea Selatan (Korsel), Mei 2016.

"Sudah lama Posco di sini sudah 6 tahunan. Saat kunjungan Pak Presiden (Jokowi) ke Korea Selatan itu kita ada visi membangun 10 juta ton cluster baja di Cilegon," ujar Kim ketika ditemui usai pertemuan, di Kemenperin, Jl Gatot Subroto, Jakarta Selatan, Selasa (6/9/2016).

Peningkatan produksi itu akan melibatkan PT Krakatau Steel Tbk dan PT Krakatau Posco, perusahaan joint venture antara Krakatau Steel dan Posco.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Sekarang ini Krakatau Steel 3 juta ton, Krakatau Posco 3 juta ton, masih 6 juta ton. Masih ada 4 juta ton ke depan," ujar Kim

Dirjen Industri Logam, Mesin, Alat Transportasi, dan Elektronika (ILMATE) Kemenperin I Gusti Putu Suryawirawan, yang ikut mendampingi Menperin dalam pertemuan itu mengatakan, Posco Indonesia Inti yang mengoordinir bisnis Posco di Indonesia. Adapun produksi baja hingga 10 juta ton itu merupakan target hingga 2025 nanti.

Putu menambahkan, saat Presiden Jokowi berkunjung ke Korsel dan bertemu direksi Posco, sempat dibahas juga terkait dengan peningkatan kapasitas produksi baja.

"Tadi disampaikan, Pak Presiden memberikan perhatian yang sangat besar kepada industri baja karena industri baja adalah mother of other industry. Jadi kita harus punya kemandirian jangan kita menggantungkan impor pada sendiri, boleh impor tapi jangan banyak-banyak," imbuh Putu. (hns/hns)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Hide Ads