Sampai saat ini, PT Indonesia Asahan aluminium (Inalum) (Persero) masih menjadi produsen aluminium tunggal di Indonesia.
"Inalum aja tunggal," jelas Corporate Secretary Inalum Ricky Gunawan di Hotel Sari Pan Pacific, Jakarta Pusat, Rabu (9/11/2016).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Kapasitas terpasang 255.000 aluminium ton per tahun, sedangkan kebutuhan Indonesia 800.000 ton per tahun," jelas Direktur Utama Inalum Winardi Sunoto dalam kesempatan yang sama.
Hal ini tak lepas dari anjloknya harga komoditas di mana harga alumina saat ini berada di posisi US$ 240 per ton. Angka ini jauh berbeda dibandingkan harga alumina beberapa tahun lalu yang masih berada di level US$ 400 per ton. Akibatnya jarang ada pengusaha yang mau menggarap sektor ini sekarang.
"5-6 tahun lalu asumsi harga alumina kemudian US$ 350-400 per ton dan itu fair, tapi kenyataannya sekarang harga alumina US$ 240 per ton," kata Winardi.
Tentu anjloknya harga komoditas mempengaruhi minat investor untuk menanamkan modalnya di sektor mineral. Sehingga anjloknya harga alumina di pasar dunia mempengaruhi tingkat produktivitas aluminium karena rendahnya minat investor untuk memproduksi aluminium di dalam negeri.
"Investor di situ bagaimana bisa bertahan dengan melihat harga komoditas turun sangat signifikan," ujar Winardi. (dna/drk)