Ketua Umum Asosiasi Pertekstilan Indonesia (API), Ade Sudrajat Usman, mengatakan selain kalah efisien, rendahnya daya saing TPT Indonesia juga terjadi karena sempitnya pasar ketimbang 2 negara tersebut. Baik Vietnam maupun Bangladesh diuntungkan dengan banyaknya perjanjian perdagangan bebas dengan sejumlah negara.
"Kita mau produksi banyak, tapi pasarnya sedikit, ya nggak bisa ditambah-tambah, mau dikemanakan barangnya. Beda dengan Bangladesh atau Vietnam, pasarnya lebih luas," jelas Ade kepada detikFinance, Selasa (6/12/2016).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Kita sudah biaya produksinya lebih mahal, pasarnya terbatas. Perjanjian perdagangan bebas untuk tekstil sangat penting," ujar Ade.
Sebelumnya, Presiden Jokowi menyatakan masih lemahnya industri tekstil di dalam negeri, bahkan masih kalah dibandingkan dengan Vietnam dan Bangladesh untuk menuju pasar Amerika Serikat (AS) dan Eropa.
"Terkait dengan pasar global, kita masih kalah dengan Vietnam dan Bangladesh di pasar Eropa dan Amerika," ujar Jokowi.
Jokowi menjelaskan, ekspor tekstil dan produk tekstil secara year to date (ytd), yaitu Januari-Oktober 2016 turun 4,3% dibandingkan periode yang sama tahun lalu. Sementara Vietnam dan Bangladesh masih tetap tumbuh.
"Kita masih kalah ama Vietnam dan Bangladesh yang masing-masing menguasai 3,62% dan 4.05% pasar TPT dunia," ungkapnya. (wdl/wdl)