Datang ke Jakarta, Petani Tebu Curhat 4 Hal Ini ke Pemerintah

Datang ke Jakarta, Petani Tebu Curhat 4 Hal Ini ke Pemerintah

Muhammad Idris - detikFinance
Kamis, 20 Jul 2017 21:15 WIB
Foto: Muhammad Idris/detikFinance
Jakarta - Ratusan petani tebu yang tergabung dalam Andalan Petani Tebu Rakyat Indonesia (APTRI) hari ini datang ke Jakarta. Lewat sebuah Rakernas, mereka menyampaikan sejumlah keluhan yang sangat ini menghimpit petani tebu.

Sekretaris Jenderal APTRI, Nur Khabsyin, mengatakan setidaknya ada 4 masalah yang saat ini membuat petani tebu cukup khawatir. Pertama, kecemasan tersebut datang dari rencana Kementerian Keuangan untuk mengenakan PPN 10% pada komoditas gula.

Rencana pengenaan pajak tersebut sebenarnya hanya menyasar pada petani di atas omzet di atas Rp 4,8 miliar. Namun dikhawatirkan bisa berimbas pada harga gula di lelang. Lantaran banyak distributor gula yang terkena PPN akan membebankannya ke petani saat lelang.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Gula petani harus dibebaskan dari pengenaan PPN sampai tingkat konsumen seperti beras, jagung, dan kedelai karena termasuk bahan pokok bersifat strategis," jelas Khabsyin di Rakernas APTRI, Hotel Acacia, Jakarta, Kamis (20/7/2017).

Kedua, soal harga acuan gula di tingkat petani yang ditetapkan Kementerian Perdagangan Rp 9.100/kg, dan Harga Eceran Tertinggi (HET) Rp 12.500/kg.

"Petani kurang sependapat karena harga acuan itu masih di bawah biaya biaya pokok produksi (BPP) sebesar Rp 10.600/kg. Sedangkan harga acuan idealnya di atas BPP. Kami usulkan ke Menteri Perdagangan harga acuan gula petani Rp 11.000/kg dan HET Rp 14.000/kg," jelas Khabsyin.

Ketiga, para petani tebu juga menyayangkan masih banyaknya gula rafinasi impor yang merembes ke pasar. Sehingga pihaknya, sambungnya, sangat mendukung jika lelang gula rafinasi benar-benar diterapkan.

"Makanya kami mengusulkan adanya pembatasan impor sesuai kebutuhan dan mendukung lelang gula rafinasi secara online dan bisa segera dilaksanakan," ungkap petani tebu asal Kudus ini.

Keempat, terkait masalah rendemen rendah yang membuat pendapatan petani begitu tergerus. Rendemen rata-rata nasional saat ini hanya berkisar 6%.

"Rendemen rendah disebabkan mesin pabrik gula yang sudah tua. Ini menunjukkan kinerja pabrik gula BUMN kurang profesional. Padahal tebu petani yang digiling pabrik gula swasta bisa mencapai rendemen tinggi yang bisa mencapai 9%," terang Khabsyin.

Sebagai informasi, rendemen tebu adalah kadar kandungan gula di dalam batang tebu yang dinyatakan dengan persen. Bila dikatakan rendemen tebu 10%, artinya dari 100 kg tebu yang digiling di Pabrik Gula akan diperoleh gula sebanyak 10 kg. (idr/hns)

Hide Ads