"Stok (garam) dikatakan habis, hanya tinggal 50 ton. 50 ton tidak ada artinya karena kebutuhan tidak mencukupi," kata Direktur PT Inti Laut Sari Rasa, Agus Sutikno, kepada detikFinance lewat sambungan telepon, Jumat (28/7/2017).
"Di gudang tidak ada stok. 50 ton tidak ada artinya, kalau harus jujur sehari juga habis tapi kami harus bagi-bagi dengan konsumen lain, bagi sana-bagi sini," lanjut Agus.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Kalau normal per satu kilogram garam hanya Rp 1.000. Kami beli ke petani dengan harga tinggi Rp 3.500 (belum termasuk operasional) dan kami jual kembali Rp 3.700-Rp 4.000," jelasnya.
Baca juga: Kelangkaan Garam Sudah Sampai Bandung |
Saat ini pihaknya masih menunggu hasil panen garam di Cirebon, pasalnya jika beli ke distributor yang ada di Surabaya harga per kilonya bisa mencapai Rp 4.500, belum termasuk ongkos dan operasional.
"Kami harap bantuan dari pihak pemerintah tolong dibantu ekspor, tapi kami ingin dipegangnya oleh PT Garam melalui importir PT Garam, jadi untuk penyalurannya lebih mudah dikontrolnya," tutur Agus.
Imbas ke industri
Seretnya pasokan garam berimbas pada pelaku industri di wilayah Bandung, seperti tekstil dan penyemakan kulit.
"Kasihan untuk para pelaku industri, mereka hampir tutup karena stok garam habis," terang Agus.
Agus mengatakan, Kamis (27/7/2017) kemarin, ada telepon dari pabrik kulit meminta bantuan untuk menyuplai garam, agar pabrik dapat berproduksi.
Baca juga: Ini Penyebab Pasokan Garam di Daerah Langka |
"Terus pabrik tekstil malam-malam telepon sekitar jam 11 malam, minta tolong ke saya untuk membantu kebutuhan garam, tapi saya katakan bukan saya tidak mau bantu, stok garam habis dan kebetulan di Cirebon cuacanya tidak mendukung, kemarin hujan, garam saat ini sulit sekali," jelasnya.
Ada sekitar 15 industri tekstil, dua industri kulit yang setiap harinya membutuhkan minimal empat ton garam, selain itu farmasi sedikitnya membutuhkan satu ton garam.
"Distribusi (garam) mayoritas dikirim sekitar Bandung, banyaknya untuk kebutuhan industri yang digunakan untuk regenerasi air pabrik. Garam kebutuhan vital bagi para pelaku industri. Kasihan pabrik tekstil kalau tidak ada garam regenerasi airnya tidak akan jalan," tambah Agus.
Menyikapi kelangkaan garam, Agus berharap kepada pemerintah untuk segera ambil tindakan yang cepat.
"50 ton (garam) masih ada di gudang, untuk dibagi-bagi, yang mendesak sekali baru kami atur (pasokan), soalnya kasihan kalau tidak dipasok mereka bisa tutup," tutup Agus. (hns/hns)