Jika benar Nyonya Meneer bisa kembali beroperasi, lalu apa yang harus dilakukan agar tak kembali menghadapi permasalahan yang sama?
Menurut Ketua Umum Gabungan Pengusaha Jamu dan Obat Tradisional, Dwi Ranny Pertiwi Zarman, salah satu penyebab kendurnya kinerja Nyonya Meneer lantaran banyaknya pegawa yang sudah lanjut usia.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Charles Saerang, sang penerus Nyonya Meneer generasi ketiga ternyata tidak tega untuk memberhentikan pegawai-pegawainya yang sudah lanjut usia. Dwi mengetahui hal itu lantaran kedekatannya dengan Charles.
"Ada pernyataan itu dari Pak Charles. Saya lagi ngobrol-ngobrol sama Pak Charles, saya tanya memang masih ada yang tua, kata dia 'iya karena saya enggak tega'. Orang-orang dari generasi sebelumnya masih bekerja karena enggak tega, padahal itu cost yang besar," tambahnya.
Lalu selain pembenahan SDM, menurut Dwi Nyonya Meneer harus mengedepankan inovasi dalam pengembangan produk-produknya. Sebab produk jamu tradisional saat ini sudah berkurang pangsa pasarnya.
"Serbuk masih ada market-nya, tapi umumnya sudah tua dan banyaknya di Jawa. Kalau anak muda sekarang mana mau minum jamu seduh yang pahit gitu. Maunya kan yang praktis, minimal kapsul," kata Dwi.
Kendati begitu, Dwi memandang Nyonya Meneer masih memiliki produk yang bisa diandalkan seperti Minyak Telon Nyonya Meneer. Perusahaan harus mempertahankan produk-produk seperti itu. (ang/ang)